yoldash.net

Mengenal TMC, Teknologi yang Digunakan untuk Cegah Badai Jabodetabek

BNPB bersama sejumlah pihak mengungkap akan melakukan TMC untuk mengantisipasi cuaca buruk. Bagaimana mekanismenya?
Ilustrasi. BNPB bersama sejumlah pihak akan melakukan TMC untuk mengantisipasi cuaca buruk.(CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)

Jakarta, Indonesia --

Teknologi Modifikasi Cuaca alias TMC akan digunakan untuk mengantisipasi cuaca buruk yang diprediksi terjadi hingga awal tahun 2023 termasuk potensi badai dahsyat Rabu (28/12). Bagaimana mekanisme pelaksaanannya?

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama TNI AU Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membahas kemungkinan melakukan TMC demi mengantisipasi cuaca buruk di periode Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru 2023).

Kepala BNPB Suharyanto mengatakan akan melakukan modifikasi cuaca (TMC) hingga awal tahun. Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan BMKG, Menteri Perhubungan, dan BRIN terkait kondisi ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nanti pelaksanaannya BRIN dengan TNI AU, penganggaran dari BNPB, kita akan melaksanakan TMC," kata Suharyanto di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa (27/12).

ADVERTISEMENT

Mengutip situs Kemenkeu, teknologi modifikasi cuaca adalah "salah satu bentuk upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan,"

Dalam tulisannya di jurnal Sains & Teknologi Cuaca, Tri Handoko Seto, Budi Harsoyo, dan Heru Widodo dari UPT Hujan Buatan BPPT menuturkan, "hasil akhir dari upaya memodifikasi cuaca tersebut umumnya adalah untuk meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement), meski untuk tujuan tertentu dapat juga dikondisikan sebaliknya, yaitu untuk menurunkan intensitas curah hujan di suatu lokasi tertentu (rain reduction)"

Mengutip situs Puspiptek BRIN, umumnya ada dua pendekatan yang dilakukan dalam TMC untuk mengurangi curah hujan. Mekanisme pertama disebut dengan mekanisme persaingan (competition mechanism) dan mekanisme kedua adalah mekanisme proses lompatan (jumping process mechanism). 

Pada mekanisme persaingan, aktivitas penyemaian awan dilakukan di darat dengan sistem Ground Based Generator. Tujuan dari mekanisme ini "adalah mengganggu proses fisika di dalam awan bagi awan-awan konvektif yang tumbuh di atas wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, sehingga hujan yang terjadi dapat dipersingkat durasinya dan dikurangi intensitasnya,"

Sementara itu, pada mekanisme proses lompatan, TMC bertujuan untuk "mempercepat proses hujan agar segera terjadi sebelum memasuki wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya,"

Mekanisme ini dilakukan dengan bantuan radar yang memantau pergerakan awan yang membawa banyak uap air menuju DKI Jakarta. Awan tersebut akan terlebih dahulu 'dicegat' jauh-jauh dari wilayah target. 

"Dengan menggunakan pesawat, awan-awan tersebut disemai jauh di luar wilayah DKI Jakarta (di wilayah perairan Laut Jawa) dengan harapan mampu mengurangi suplai massa udara basah yang pada akhirnya dapat mengurangi peluang kejadian hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya,"

Dalam pelaksanaanya, TMC melibatkan pesawat dan bahan semai berupa NaCl berbentuk "super fine powder" (bubuk yang berukuran sangat halus) dalam orde mikron dan bahan semai "CoSAT".

Operasi TMC diinisiasi oleh BNPB untuk penanganan banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Keberhasilan operasi ini sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain pertumbuhan awan dan arah angin.

Terpisah, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan menyoal potensi cuaca ekstrem di Jabodetabek, pihaknya akan berkoordinasi dengan BRIN untuk menggelar TMC.

"Nah dan tentang persoalan potensi ekstrem ini justru kami sedang bekerja sama dengan BRIN sedang bekerja sama melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC)," kata dia secara virtual, Selasa (27/12).

Lewat TMC dia berharap bisa menurunkan hujan di laut Pulau Jawa ataupun danau dan waduk, agar tidak mengguyur pemukiman padat penduduk di wilayah Jabodetabek.

Sebelumnya Peneliti Klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin memprediksi banjir akan melanda kawasan Jabodetabek akibat cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.

Menurutnya, wilayah Jabodetabek akan dilanda badai dahsyat pada Rabu (28/12). Menurutnya, pusat serangan badai terjadi di Banten, Jakarta dan Bekasi.

"Siapapun Anda yg tinggal di Jabodetabek dan khususnya Tangerang atau Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022," kata Erma lewat kicauanya, Senin (26/12).

Erma menjelaskan badai itu berasal dari laut dan dipindahkan ke darat melalui dua jalur. Yakni, dari barat melalui angin baratan yang membawa hujan badai dari laut (westerly burst), dan dari utara melalui angin permukaan yang kuat (northerly, CENS).

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat