yoldash.net

Hakim Sidang Gugatan Twitter Bisa Jadi Mimpi Buruk Elon Musk, Kenapa?

Hakim di PN Delaware yang menyidangkan kasus gugatan Twitter soal akuisisi US$44 miliar diduga bisa jadi 'mimpi buruk' Elon Musk. Kenapa?
Miliarder Elon Musk akan berhadapan dengan Twitter di Court of Chancery, Delaware AS. (Foto: REUTERS/MIKE BLAKE)

Jakarta, Indonesia --

Persidangan kasus gugaatan Twitte terhadap CEO Tesla Elon Musk akan dipimpin oleh hakim ketua Kathaleen McCormick. Profilnya disebut bertolak belakang dengan karakter sang miliarder.

Hakim perempuan itu dikenal tegas dan merupakan salah satu dari sedikit hakim yang pernah memerintahkan pembeli yang ogah-ogahan untuk merampungkan merger perusahaan di Amerika Serikat (AS).

"Dia punya jejak rekam yang tanpa kompromi terhadap mereka yang berperilaku buruk di area itu dan ketika orang-orang ingin keluar dari kesepakatan," kata Adam Badawi selaku Profesor Hukum bidang Korporasi Pemerintahan di University of California Berkeley.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia hakim yang serius dan tak suka omong kosong," ujarnya.

Melansir Reuters, McCormick menjadi hakim kepala di Court of Chancery sejak tahun lalu dan menjadi perempuan pertama yang mengisi posisi itu.

McCormick pun terpilih menjadi hakim yang menangani gugatan Twitter kepada Musk soal akuisisi platform. Twitter sebelumnya menggunggat Musk untuk tetap merampungkan kesepakatan akuisisi.

Lulus dari Notre Dame Law School, McCormick memulai karier dengan membantu mereka yang berpendapatan rendah di pengadilan di Legal Aid Society cabang Delaware.

Pada 2018, McCormick bergabung dengan Court of Chancery sebagai wakil hakim. Eric Talley, spesialis hukum korporasi di Columbia Law School, meyakini McCormick tidak akan terperdaya oleh Musk.

Tahun lalu, McCormick memancing perhatian setelah memerintahkan afiliasi dari perusahaan Kohlberg & Co LLC untuk merampungkan pembelian atau akuisisi DecoPac Holding Inc seharga US$550 juta.

Kohlberg ketika itu ingin membatalkan kesepakatan karena mengklaim DecoPac melanggar perjanjian. Kasus tersebut mirip dengan yang saat ini dihadapi Musk dan Twitter.

Musk sendiri dikenal gemar melemparkan pernyataan yang inkonsisten dan impulsif, 'ngetroll' alias melemparkan kicauan di media sosial yang memicu kontroversi dan emosi, hingga memiliki kehidupan pribadi yang unik, seperti banyak istri dan anak.

Kepribadiannya ini tercermin dalam proses pembelian Twitter. Musk lebih dahulu sepakat membeli Twitter di angka US$44 miliar atau Rp660 triliun. Jika sesuai rencana, akuisisi itu diprediksi rampung akhir tahun ini.

Dalam perjalanannya, Musk meminta Twitter untuk membeberkan jumlah akun bot di platform mereka. Twitter sebetulnya telah menyebut angka di bawah 5 persen. Namun, Musk yakin jumlahnya lebih dari itu. Miliarder berdarah Afrika Selatan itu pun kemudian menarik diri dari kesepakatan.

Hal tersebut membuat Twitter geram. Mereka kemudian menuntut Musk di Court of Chancery, Delaware. Proses hearing atau pemeriksaan pendahuluan telah berlangsung pada hari ini, Selasa (19/7).

Hearing sendiri, menurut laman Legal Information Institute Cornell Law School, merupakan proses formal yang berlangsung sebelum pengadilan sesungguhnya. Dalam hearing, bukti-bukti dan argumen akan ditunjukan untuk menenentukan beberapa isu soal fakta dan hukumnya.

[Gambas:Video CNN]

(lth/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat