Jadwal Padat, Saatnya Timnas Indonesia 'Membelah Diri' - Halaman 2
Shin Tae Yong bisa menghadapi keterbatasan pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia karena Liga 1 2024/2025 tidak libur selama Piala AFF 2024 berlangsung.
Sebagai pemegang kemudi dalam memilih pemain, pendekatan persuasif perlu dilakukan Shin Tae Yong atau PSSI dengan klub.
Sebab terdapat kemungkinan pelatih klub bereaksi ketika pemain andalan dalam jumlah signifikan ditarik ke timnas. Untuk mencegah ini terjadi, STY perlu mempertimbangkan untuk memanggil pemain dengan jumlah yang merata dari klub-klub Liga 1.
STY juga bisa memanfaatkan pemain senior yang sudah jarang dipanggil reguler ke timnas. Pengalaman panjang membela tim Garuda dapat menopang kualitas tim di panggung Asia Tenggara.
Pemain junior juga bisa dipertimbangkan. Piala AFF 2024 dapat jadi panggung bagi bintang masa depan untuk membentuk mental. Langkah ini sebenarnya sudah dilakukan Shin Tae Yong di berbagai kesempatan.
Artinya, pemain diaspora terutama yang di Eropa dan Amerika tidak perlu repot-repot dipanggil ke Piala AFF 2024, karena hanya secuil harapan klub bersedia melepas pemain naturalisasi Indonesia meski sedang jeda kompetisi di musim dingin.
Di satu sisi, manuver STY dalam menunjuk pemain perlu disesuaikan dengan target yang diketuk PSSI untuk Piala AFF 2024. Apabila juara bukan jadi misi utama, beban STY akan berkurang dalam menyusun skuad.
Namun jika torehan juara yang diinginkan, maka idealnya semua pemain yang diinginkan pelatih bisa merapat ke timnas. Tapi kembali lagi, hal ini sulit diwujudkan.
Dengan hegemoni 'Timnas Sudah Naik Kelas', apakah Piala AFF sudah tak perlu jadi prioritas?
Apakah benar ajang ini semestinya hanya jadi wadah untuk pengembangan pemain tanpa memikirkan gelar meski Indonesia tak pernah juara Piala AFF?
Sepanjang keikutsertaannya, Timnas Indonesia belum sekalipun pernah menjuarai Piala AFF. Pencapaian terbaik tim Merah Putih adalah lima kali menjadi runner-up pada 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020.
Melihat ini, tentu ada harapan dari suporter agar Timnas Indonesia bisa mengangkat trofi juara. Tapi, cukup jadikan gelar itu sebagai salah satu indikator pendukung, bukan barometer utama dalam konteks kualitas Timnas Indonesia.