Jakarta, Indonesia --
Timnas Indonesia dihadapkan pada jadwal padat antara Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Piala AFF 2024 yang berdekatan. Dengan jadwal yang begitu padat, sudah saatnya Timnas Indonesia 'membelah diri'.
Timnas Indonesia akan menjalani dua laga penting di matchday kelima dan keenam dalam fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pada 15 November, skuad Garuda akan menyambut Jepang. Berselang empat hari kemudian, giliran Arab Saudi yang akan berhadapan dengan tim Merah Putih pada 19 November.
Tak sampai sebulan, selanjutnya Timnas Indonesia bakal menjalani Piala AFF 2024. Ajang dua tahunan ini dijadwalkan bergulir pada 8 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah jadwal yang berdekatan, PSSI tidak membagi tanggung jawab kepelatihan kepada orang yang berbeda. Shin Tae Yong tetap dipercaya menjadi nakhoda tim di Kualifikasi Piala Dunia 2026 sekaligus Piala AFF 2024.
Ada plus dan minus dua agenda dengan jadwal yang berdekatan. Secara umum, kelebihan dari situasi ini adalah kekompakan pemain dapat lebih terbentuk karena tidak berpisah terlampau lama.
STY juga bisa sekali dayung dalam meracik formula strategi sekaligus komposisi pemain. Harapannya 'sentuhan' para pemain bisa lebih terjaga.
Namun kekurangannya, agenda timnas yang berdekatan belum tentu bisa diikuti oleh semua pemain. Entah sang pemain sedang cedera atau memang tidak dilepas klub karena Piala AFF tidak masuk kalender FIFA.
Karenanya, STY perlu memikirkan proyeksi pemain untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Piala AFF 2024. Ia punya kuasa penuh untuk menentukan siapa nama-nama yang masuk dalam komposisi tim sesuai dengan kebutuhan dan targetnya.
Daftar panjang nama-nama pemain perlu segera disusun sebelum mengerucut menjadi daftar pendek hingga jadi skuad resmi di masing-masing ajang. Untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026, kemungkinan besar tidak banyak perubahan.
Tapi di Piala AFF 2024, ada peluang pemain yang tampil akan lebih berwarna. Ini tergantung STY yang punya kendali penuh dalam penentuan pemain.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Shin Tae Yong bisa menghadapi keterbatasan pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia karena Liga 1 2024/2025 tidak libur selama Piala AFF 2024 berlangsung.
Sebagai pemegang kemudi dalam memilih pemain, pendekatan persuasif perlu dilakukan Shin Tae Yong atau PSSI dengan klub.
Sebab terdapat kemungkinan pelatih klub bereaksi ketika pemain andalan dalam jumlah signifikan ditarik ke timnas. Untuk mencegah ini terjadi, STY perlu mempertimbangkan untuk memanggil pemain dengan jumlah yang merata dari klub-klub Liga 1.
STY juga bisa memanfaatkan pemain senior yang sudah jarang dipanggil reguler ke timnas. Pengalaman panjang membela tim Garuda dapat menopang kualitas tim di panggung Asia Tenggara.
Pemain junior juga bisa dipertimbangkan. Piala AFF 2024 dapat jadi panggung bagi bintang masa depan untuk membentuk mental. Langkah ini sebenarnya sudah dilakukan Shin Tae Yong di berbagai kesempatan.
Artinya, pemain diaspora terutama yang di Eropa dan Amerika tidak perlu repot-repot dipanggil ke Piala AFF 2024, karena hanya secuil harapan klub bersedia melepas pemain naturalisasi Indonesia meski sedang jeda kompetisi di musim dingin.
Di satu sisi, manuver STY dalam menunjuk pemain perlu disesuaikan dengan target yang diketuk PSSI untuk Piala AFF 2024. Apabila juara bukan jadi misi utama, beban STY akan berkurang dalam menyusun skuad.
Namun jika torehan juara yang diinginkan, maka idealnya semua pemain yang diinginkan pelatih bisa merapat ke timnas. Tapi kembali lagi, hal ini sulit diwujudkan.
Dengan hegemoni 'Timnas Sudah Naik Kelas', apakah Piala AFF sudah tak perlu jadi prioritas?
Apakah benar ajang ini semestinya hanya jadi wadah untuk pengembangan pemain tanpa memikirkan gelar meski Indonesia tak pernah juara Piala AFF?
Sepanjang keikutsertaannya, Timnas Indonesia belum sekalipun pernah menjuarai Piala AFF. Pencapaian terbaik tim Merah Putih adalah lima kali menjadi runner-up pada 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020.
Melihat ini, tentu ada harapan dari suporter agar Timnas Indonesia bisa mengangkat trofi juara. Tapi, cukup jadikan gelar itu sebagai salah satu indikator pendukung, bukan barometer utama dalam konteks kualitas Timnas Indonesia.
[Gambas:Video CNN]