Cerita Diaspora Pakai Bus Malam demi Dukung Indonesia di Paralimpiade
Dua diaspora Indonesia, Diah Yulianti dan Ariani Rahadian, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan jadi saksi dua ajang besar, Olimpiade dan Paralimpiade 2024.
Dari Jerman, keduanya merapat ke Prancis dengan bus malam demi memberi dukungan kepada atlet-atlet Indonesia.
Diah Yulianti, wanita asal Semarang, Jawa Tengah, yang tinggal di kota Heidelberg, Jerman, sengaja datang ke Paris untuk menyaksikan Paralimpiade 2024. Ia juga melakukan hal sama selama penyelenggaraan Olimpiade 2024.
Dari Heidelberg, ia menumpang bus malam dengan jarak kurang lebih 550 kilometer dengan waktu tempuh tujuh jam. Ia rela berangkat tengah malam agar bisa tiba di Paris pada pagi hari dan tepat waktu menonton pertandingan.
"Alasan saya datang ke Paris karena Olimpiade dan Paralimpiade adalah kesempatan langka. Selain itu juga saya ingin menyaksikan atlet Indonesia. Habis kapan lagi ada acara seperti ini, mungkin tidak tahu kapan lagi [Olimpiade dan Paralimpiade] di Paris. Ada transportasi dan jaraknya juga tidak begitu jauh jadi saya datangi," kata Diah kepada Indonesia.com, Kamis (5/9).
Diah menilai penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade begitu sempurna. Ia mengapresiasi kinerja penyelenggara dalam mengatur kota agar maksimal menyelenggarakan pesta olahraga akbar empat tahunan ini.
"Semuanya flawless, crowd juga smooth, venue-nya bagus-bagus. Volunteer juga ada di mana-mana dan bisa bahasa Inggris. Kalau tersesat bisa tanya siapa saja. Aman dan nyaman," ujarnya.
Ia bangga bisa mendukung langsung wakil Merah Putih di dua ajang akbar. Sebagai orang yang berasal dari Indonesia, mendukung tim Garuda adalah kegembiraan tersendiri.
"Saya merasa merinding ketika melihat atlet Indonesia dan bendera Merah Putih karena kami sudah lama tinggal di Eropa tapi jiwa raga masih di Indonesia," ucap Diah yang sudah hidup di Jerman sejak 2009 itu.
Hal senada disampaikan Ariani Rahadian. Mahasiswa doktor di Jerman itu bangga bisa menyaksikan perjuangan atlet membawa nama negara di pentas dunia.
Terlebih Ariani juga berlatar belakang atlet cabor anggar. Ia berharap, pembinaan olahraga di Indonesia terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman yang begitu cepat.
"Persiapan menuju Olimpiade harus lebih matang. Atlet perlu berjuang 100 kali lipat berjuang agar bisa seperti negara yang lebih berprestasi," kata dia.
"Kita mungkin sudah ke arah sana. Tapi pemerintah dan swasta harus lebih mendukung karena olahraga itu tidak bisa berdiri sendiri. Atlet adalah ujung tombak, tapi yang berjuang di belakangnya itu ada banyak untuk bisa mendapatkan medali," ia menambahkan.
(ikw/sry)