Untung atau Buntung Pramono-Rano Gaet Cak Lontong Jadi Ketua Timses
Komedian Lies Hartono alias Cak Lontong didapuk sebagai ketua tim pemenangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur dari PDIP, Pramono Anung-Rano Karno, di Pilgub Jakarta 2024.
Nama Cak Lontong diumumkan langsung oleh Pramono saat berkunjung ke Museum Bang Yos milik eks Gubernur Jakarta Sutiyoso di kawasan Jatisampurna, Kota Bekasi, Kamis (5/9).
Selain itu, Maudy Koesnaedi dan Cornelia Agatha menjadi wakil ketua tim sukses Pramono-Rano. Posisi yang diemban Maudy dan Cornelia itu membawa nostalgia sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan' dalam cerita yang berbeda.
Pasalnya, Cornelia dahulu berperan sebagai Sarah, Maudy sebagai Zaenab, dan Rano Karno sebagai Doel dalam sinetron legenda itu.
Pemilihan posisi tim pemenangan Pramono-Rano itu menjadi sorotan sejumlah pihak lantaran pentolan timses kali ini banyak diisi oleh sosok di panggung hiburan ketimbang elite parpol.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga menilai pemilihan Cak Lontong sebagai ketua tim pemenangan bisa menjadi pisau bermata dua bagi Pramono-Rano.
Kendati belum melihat bagaimana bentuk kampanye Cak Lontong nantinya, tetapi kemungkinan besar Cak Lontong akan tetap berperan sebagai seorang komedian.
Dengan konsekuensi itu, Jamiluddin menilai publik bisa saja tidak menganggap serius hal tersebut, sehingga pesan-pesan yang disampaikan Cak Lontong berujung angin lalu atau hanya dianggap sebagai dagelan.
"Sebagai komedian apa yang diucapkan Cak Lontong bisa jadi akan dinilai kurang serius. Masyarakat akan menganggap ungkapan dan ajakannya hanya bagian dari hiburan," kata Jamiluddin saat dihubungi Indonesia.com, Jumat (6/9).
"Bahkan tak menutup peluang akan berdampak bumerang," imbuhnya.
Jamiluddin beranggapan apabila output yang dihasilkan seperti itu, maka tujuan dari kampanye untuk mengenalkan tokoh dan program Pramono-Rano akan kurang efektif. Sebab masyarakat tidak menangkap keseriusan di sana.
"Ada kesan PDIP tidak serius mengusung Pramono-Rano. PDIP dengan menetapkan Cak Lontong sebagai ketua timses mengesankan hanya menjadikan Pilkada Jakarta sebagai dagelan," ucapnya.
Namun di sisi lain, Jamiluddin juga menilai pemilihan Cak Lontong sebagai pimpinan timses akan memberikan angin segar pada gelaran Pilkada 2024. Sebab selama ini, ketua timses biasanya merupakan elite parpol atau tokoh yang tenar di kalangan politisi.
Ia pun menilai strategi PDIP kali ini kemungkinan berkeinginan agar Cak Lontong menciptakan model kampanye yang serius tapi santai. Biasanya, gaya kampanye seperti itu disukai oleh anak muda sehingga bisa saja membawa keuntungan besar untuk paslon tersebut.
"Di satu sisi gaya komedian disenangi generasi milenial. Hal itu terbukti dari banyaknya audien Acara Stand Up Comedy, yang juga melibatkan Cak Lontong sebagai komentator atau juri," kata dia.
Jamiluddin pun dalam hal ini menilai seharusnya PDIP lebih memilih sosok seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Ketua Tim Pemenangan Pramono-Anung, sebab Ahok sudah dikenal seluruh masyarakat Jakarta.
Selain itu, ia menyebut Ahok secara budaya dapat mewakili etnis Tionghoa. Ahok juga salah satu panutan etnis Tionghoa di Jakarta.
"PDIP tampaknya lebih pas menunjuk Ahok sebagai Ketua Tim Sukses Pramono-Rano. Melalui Ahok, diharapkan dapat menarik etnis Tionghoa untuk memilih paslon yang diusung," jelas Mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu.
Namun pada akhirnya, PDIP telah memutuskan keputusan mereka dalam membentuk struktur tim pemenangan Pramono-Rano. Oleh sebab itu, Jamiluddin mewanti-wanti agar PDIP tetap serius mengampanyekan kadernya di Jakarta lewat gaya politik yang serius.
Sebab rival yang lain, misalnya Ridwan Kamil-Suswono disebut akan menggaet tim pemenangan dengan struktur inti dari elite parpol yang berada di Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus.
"Karena hakekat kampanye adalah mengajak orang untuk memilih calon yang diunggulkannya," ujar Jamiluddin.
Strategi gaet generasi Z
Tak jauh berbeda, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib menilai pemilihan Cak Lontong sebagai Ketua Tim Pemenangan Pramono-Rano menurutnya menjadi strategi baru dari PDIP untuk menggaet generasi Z.
Apalagi berdasarkan hasil rekapitulasi DPT yang sudah ditetapkan oleh KPU DKI Jakarta, berkaca pada Pemilu 2024, sebanyak 51 persen pemilih adalah kelompok generasi Z dan milenial.
"Gen Z itu kan mendominasi dalam DPT. Dengan menjadikan politik menjadi lucu misalnya, ini mungkin strategi BDIP, dan Cak Lontong itu bisa diterima di Gen Z," kata Adib kepada Indonesia.com, Jumat.
Lihat Juga : |
Adib menilai PDIP ingin menargetkan para pemilih pemula dan pemilih yang masih mengambang atau swing voters untuk mengenal lebih baik terutama Pramono Anung yang kurang eksis di anak muda lewat guyonan Cak Lontong.
"Sehingga untuk mendekatkan politik dengan jalan jalur komedi menurut saya ini sebuah strategi," imbuhnya.
Adib pun beranggapan cara-cara itu bisa saja berhasil, meski tidak 100 persen. Membawakan angin segar dalam kampanye tentu saja poin plus untuk menyajikan kontestasi politik yang riang gembira.
Apalagi cara PDIP yang juga menggaet 'Sarah' dan 'Zaenab' yang lekat dengan Rano Karno melalui sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Bisa saja generasi baby boomer dan Gen X juga akan terpancing untuk mengenal lebih dalam Pramono-Rano lewat kampanye yang berjalan.
"Ketika tingkat kepopuleran itu tinggi, yang melekat di hati masyarakat, saya kira untuk mengakselerasi, sosialisasi, untuk meyakinkan kepada orang pilih menurut saya bisa lebih cepat juga akselerasinya," jelas Adib.
Namun di sisi lain, bisa saja sebagian dari pemilih muda juga beranggapan bahwa PDIP tidak serius dalam Pilkada 2024 lantaran tidak menjadikan elite parpol yang berkualitas sebagai pimpinan tim pemenangan.
Oleh sebab itu, Adib pun menilai strategi yang dilakukan PDIP itu bisa membawa hasil yang untung ataupun sebaliknya. Namun yang terpenting adalah setiap paslon harus bisa menawarkan program kerja yang bermanfaat, adil, dan berkelanjutan bagi warga.
"Karena kan kalau tim pemenangannya ada Cak Lontong, berarti ini kan di luar pakem," ujar Adib.
"Maksud saya adalah selama ini pertarungan politik ketua tim pemenangannya ya orang-orang yang normatif politik, yang bagaimana berasal dari politik inti atau kader dalam sebuah partai," imbuhnya.
(khr/tsa)[Gambas:Video CNN]