yoldash.net

Jokowi Tak Ingin Kota RI Mencekam bak di AS & Eropa imbas Pengangguran

Saat membuka Rakernas XVII Apeksi, Jokowi mengaku ingin kota-kota di Indonesia lifeable, loveable, dan nyaman dihuni.
Presiden RI saat meninjau pembangunan di IKN Nusantara beberapa waktu lalu. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr)

Jakarta, Indonesia --

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pemimpin pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia membuat perencanaan kota yang detail.

Ia mengaku tidak ingin ingin kota-kota di Indonesia akan bernasib seperti beberapa kota di Eropa yang 'mencekam', termasuk karena pengangguran hingga gelandangan (homeless).

"Jangan sampai kita memiliki kota, yang sekarang ini banyak terjadi di Eropa maupun di Amerika, kota-kota yang mencekam," kata Jokowi dalam acara peresmian Rakernas XVII Apeksi, yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (4/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena penganggurannya banyak, karena homeless nya banyak, dan kita tidak ingin itu terjadi di negara kita Indonesia," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Jokowi pun mengingatkan pada 2045 mendatang, 70 persen penduduk Indonesia diprediksi aman berada di perkotaan. Sementara secara global, 80 persen penduduk dunia akan diproyeksi tinggal di perkotaan pada 2058 nanti.

"Apa yang akan terjadi? beban kota akan menjadi sangat berat," kata dia.

Oleh sebab itu, menurutnya, pemerintah daerah harus memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan kota yang ramah dan nyaman. Ia menginginkan agar penduduk di setiap daerah mencintai kota mereka masing-masing.

Pun, sambungnya, pengunjung yang datang juga diharapkan senang dan memiliki niatan untuk berkunjung kembali. Jokowi menekankan hal itu bisa terwujud apabila masyarakat mendapatkan pelayanan publik yang baik.

"Kita ingin menjadikan semua kota itu lifeable, nyaman dihuni, dan juga XVI," ujar Jokowi.

Kemacetan kota di mana-mana

Lebih lanjut, Jokowi juga menyoroti kemacetan yang terjadi di mana-mana. Mulai dari kota kecil hingga besar. Sehingga menurutnya perlu ada rencana kota terkait pengadaan transportasi massal dan umum.

Jokowi kemudian bercerita biaya pembangunan kereta cepat lebih murah dari pada biaya pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta.

Ia menyebut pembangunan MRT bawah tanah pertama kali di Jakarta membutuhkan Rp1,1 Triliun per kilometernya. Sementara saat ini, pembangunan MRT menurutnya membutuhkan Rp2,3 Triliun per kilometernya.

"Kereta cepat itu juga justru lebih murah dari yang subway, kereta cepat itu Rp780 Miliar per kilometernya," jelasnya.

Sementara untuk pembangunan Lintas Raya Terpadu (LRT), dengan gerbong yang dibuat dalam negeri oleh PT INKA, Jokowi mencatat pembangunan menghabiskan anggaran Rp600 Miliar per kilometernya.

Jokowi kemudian menyinggung transportasi massal Autonomous Rail Rapid Transit (ART) baru yang tidak menggunakan rel melainkan magnet.

Ia menyebut apabila pemda berminat membangun ART, nantinya skema pembangunan bisa saja 50 persen menggunakan APBD dan 50 persen disumbang APBN.

"Nanti kalau ada yang APBD memiliki kemampuan, tolong berhubungan dengan Pak Menteri Perhubungan," ujarnya.

(khr/kid)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat