Polusi Udara, Pembunuh Senyap Anak-anak

Suara batuk saling bersahutan di ruang tunggu pasien Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Salah satunya berasal dari balik masker anak perempuan berusia tiga tahun, Syachira.
Di pangkuan ibunya, Syachira tak kuasa menahan gatal di tenggorokan. Sudah tujuh hari batuknya tak reda. Sepuluh hari sebelumnya, adiknya yang baru berumur satu tahun, batuk-batuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini yang ketiga kali dalam seminggu ke puskesmas," kata Nadya, ibu Syachira, saat ditemui di Puskesmas Duren Sawit, Selasa (22/8).
Dia mengatakan dokter mendiagnosis Syachira mengalami peradangan. Batuknya berdahak, napasnya terdengar grok-grok, bahkan sempat demam. Namun hasil cek darah menunjukkan kadar trombosit normal dan negatif tifus.
"Karena batuknya enggak sembuh-sembuh, jadinya demam," ujar warga Pondok Bambu, Jakarta Timur itu.
Nadya mengatakan selama ini anaknya lebih sering beraktivitas di dalam rumah. Dia sendiri adalah ibu rumah tangga.
Sementara suaminya sehari-hari berkendara motor ke tempat kerja di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Dia satu-satunya yang merokok di rumah.
"Saran dokter kurangi aktivitas di luar, karena cuacanya lagi kayak gini, kebanyakan yang sakit juga rata-rata batuk, ISPA (infeksi saluran pernapasan akut)," kata Nadya.
Di puskesmas yang sama, Aufa, anak perempuan berusia 1 tahun 10 bulan, muntah-muntah di depan bangku pasien. Sang ibu, Ayu Yuliani, khawatir kondisi anaknya makin memburuk. Terlebih siang itu sudah empat kali muntah.
Aufa sempat dibawa ke Unit Gawat Darurat lantaran mengeluh sakit perut pada Minggu (20/8). Dua hari berlalu, kondisi kesehatannya belum juga pulih.
"Sekarang kalau ngeluh sakit langsung muntah. Saya takut juga, takut dehidrasi atau apa," ucapnya.
Ayu adalah warga Jatibening, Bekasi. Peserta BPJS mandiri ini memilih faskes di Puskesmas Duren Sawit. Sebagai ibu rumah tangga, aktivitasnya lebih banyak di dalam. Dia keluar rumah hanya untuk antar-jemput ponakan ke sekolah.
Polusi mengintai usai pandemi
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit paling banyak menerima kunjungan pasien dibandingkan puskesmas lain di DKI Jakarta. Tercatat ada 19.876 kunjungan pada periode 1-22 Agustus 2023.
Kepala Satuan Pelaksana UKP Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dr Farhannuddin mengatakan ada peningkatan kasus ISPA sebesar 10 persen pada Juli lalu yaitu 1.198 kasus. Juni tercatat 1.061 kasus. Sementara data Agustus akan direkapitulasi di akhir bulan.
"Saya lihat memang ada peranan dari polusi cukup tinggi. Juli-Agustus (kasus ISPA) saya rasa naik," kata Farhannuddin kepada Indonesia.com, Selasa (22/8).
Dia mengatakan kasus ISPA paling banyak menyerang anak-anak balita, selain kelompok masyarakat usia produktif. Menurutnya, mayoritas anak terserang penyakit pernapasan karena tertular dari anggota keluarga, teman, atau terpapar asap rokok di rumah.
"Penderita ISPA untuk anak-anak cukup berisiko, karena anak-anak antibodinya belum terbentuk sempurna, dia rentan sakit," ujarnya.
Lihat Juga : |
Banyak pula pengemudi ojek online yang menjadi pasiennya. Farhannuddin menduga mereka batuk karena tidak mengenakan masker saat mengantar penumpang di jam sibuk. Penularan antar-anggota keluarga pun terjadi di rumah.
Menurutnya, peningkatan kasus ISPA juga seiring berubahnya status pandemi Covid-19 menjadi endemi pada 21 Juni lalu. Bahkan, pemerintah telah mencabut aturan kewajiban memakai masker di tempat umum sejak 9 Juni.
"Bisa juga euforia masyarakat dari pandemi jadi endemi, lepas masker, dia lupa selain covid ada yang mengintai yaitu polusi, harusnya tetap pakai masker," kata Farhannuddin.
Hari itu, situs pemantau kualitas udara IQAir mencatat indeks kualitas udara di Jakarta berada pada level 170 Air Quality Index (AQI) US pada pukul 08.00 WIB. Tingkat polusi udara dinyatakan tidak sehat.
![]() |
Dalam situs itu juga disebutkan bahwa polutan utama udara di Jakarta yaitu Particulate Matter (PM) 2.5. Ini adalah partikel halus di udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Nilai ambang batas polutan tersebut yang diperbolehkan di udara bebas yaitu 65 mikrogram per meter kubik.
Situs IQAir menyatakan konsentrasi PM 2.5 di Jakarta pagi itu mencapai 92.4 µg/m³. Jumlah itu 18.5 kali lipat di atas ambang panduan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Dengan kondisi itu, Jakarta menempati posisi keempat kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia. Posisi pertama diduduki Tangerang Selatan, disusul Kota Tangerang, kemudian Terentang-Kalimantan Barat.
![]() |
Lonjakan kasus ISPA
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pasien ISPA di DKI Jakarta meningkat signifikan saat ini. Dia menjelaskan sebelum pandemi Covid-19, pasien ISPA mencapai 50 ribu orang. Saat ini jumlahnya meningkat hingga empat kali lipat.
"Yang kena (ISPA) sekarang sudah naik 200 ribuan kasus. Nah, itu ada akibatnya dari polusi udara," kata Budi di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (24/8).
Dia menjelaskan polusi udara mengakibatkan berbagai penyakit pernapasan, seperti kanker paru, TBC, paru obstruksi kronis, asma, dan pneumonia.
Budi mengatakan total klaim BPJS pada tahun lalu untuk beberapa penyakit pernapasan itu mencapai Rp10 triliun. Dengan lonjakan kasus ISPA, diperkirakan jumlah klaim juga akan meningkat. "Pasti tahun ini kalau lebih banyak yang kena, itu akan naik," katanya.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mencatat kenaikan kasus ISPA sepanjang semester pertama 2023. Pada Januari tercatat 102.609 kasus ISPA di Jakarta. Bulan berikutnya mencapai 104.638 kasus.
Kasus ISPA tertinggi terjadi pada Maret sebanyak 119.734 kasus. Kemudian kasus sempat menurun pada April-Mei yaitu 109.705 dan 99.130. Penyakit ISPA kembali naik pada Juni yaitu 102.475 kasus.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan kasus ISPA polanya akan sama dari tahun ke tahun. Kasus ini akan meningkat pada September, lalu mencapai puncaknya pada Oktober hingga November.
"Hanya 0,9 persen warga DKI Jakarta terkena batuk pilek ISPA/pneumonia setiap bulannya, rata-rata 100 ribu kasus dari 11 juta penduduk," katanya.
![]() |