5 Nama Petinggi Hamas di Garis Depan Perlawanan Palestina atas Israel

Kematian pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, terjadi di tengah negosiasi gencatan senjata Gaza yang sedang berlangsung dengan Israel.
Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu (31/7) dalam serangan yang diduga dilakukan oleh Israel. Satu orang pengawal Haniyeh juga tewas dalam serangan tersebut.
Usai serangan tersebut, kelompok perlawanan Hamas bersumpah akan ada perang terbuka untuk merebut Yerusalem.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lahir dari pemberontakan pertama atau "Intifada" terhadap pendudukan Israel atas Gaza dan Tepi Barat, Hamas mengklaim diri sebagai kelompok pejuang kemerdekaan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak petinggi kelompok tersebut tidak menonjolkan diri di publik di Gaza, untuk menghindar dari target sasaran Israel.
Sementara itu pemimpin lain Hamas memilih untuk hidup di pengasingan seperti di Qatar, Iran, Lebanon dan Turki.
Siapa saja nama-nama petinggi Hamas yang berada di garis depan perlawanan Palestina atas penjajahan Israel?
Ismail Haniyeh
Ismail Haniyeh, yang menjabat sebagai Perdana Menteri ke-4 Palestina dan pemimpin politik Hamas, dibunuh pada 31 Juli di Iran.
Berasal dari keluarga pengungsi yang diusir dari Palestina pada Nakba 1948, Haniyeh tumbuh di kamp pengungsi al-Shati di Gaza. Saat Hamas berdiri pada 1987, dia termasuk salah satu anggota pendiri termuda Hamas, yang saat itu berusia 25 tahun.
Dipenjara oleh Israel selama tiga tahun pada 1989, Haniyeh menjadi salah satu dari 415 aktivis Palestina, yang dideportasi pada tahun 1992 ke Lebanon Selatan.
Dia kembali ke Gaza pada 1997, dan pada 1997 ditunjuk untuk memimpin kantor Hamas. Pada 2017 dia digantikan oleh Yahya Sinwar, dan terpilih sebagai kepala biro politik Hamas.
Setelah serangan 7 Oktober ke Israel selatan, Haniyeh menjadi perwakilan mediator untuk mencapai gencatan senjata Gaza dan berupaya mengamankan pembebasan tahanan Israel di wilayah tersebut.
Khaled Mashal
Khaled Mashal adalah salah satu anggota pendiri Hamas dan juga dianggap sebagai salah satu kepala negosiator gencatan senjata.
Lahir di Tepi Barat, keluarganya melarikan diri ke Yordania setelah Perang Enam Hari dan hidup di Kuwait.
Setelah Hamas didirikan pada tahun 1987, Meshaal memimpin cabang organisasi tersebut di Kuwait, tetapi meninggalkan negara itu ketika Irak menginvasi pada tahun 1990. Ia kemudian pindah ke ibu kota Yordania, Amman.
Mashal yang dijuluki "pahlawan" usai hampir dibunuh intel Israel, diakui sebagai pemimpin Hamas setelah pembunuhan pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin, dan penggantinya Abdel Aziz al-Rantisi pada tahun 2004.
Di bawah kepemimpinannya, Hamas memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan legislatif Palestina tahun 2006.
Mashal mengundurkan diri sebagai ketua politbiro Hamas pada akhir masa jabatannya pada tahun 2017 dan menjadi kepala biro politik kelompok tersebut di luar negeri.
Lanjut di halaman berikutnya...