5 Sikap Plintat-plintut AS ke Israel soal Agresi di Gaza
Amerika Serikat belakangan mulai memperlihatkan tanda-tanda ganjil mengenai dukungannya terhadap Israel.
Sejak beberapa bulan terakhir, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikabarkan frustrasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena ambisinya menyerang Jalur Gaza, Palestina.
Lebih dari 35 ribu rakyat Palestina telah meninggal dunia imbas agresi. Kebanyakan, korban meninggal merupakan anak-anak dan perempuan.
Situasi di Gaza saat ini semakin membuat dunia global menekan AS untuk bertindak lebih banyak terhadap Israel selaku sekutu utamanya.
Pasalnya, kondisi Gaza kian hari kian parah seiring dengan dimulainya serangan Israel terhadap Rafah, kota selatan Gaza yang berbatasan dengan Mesir.
Meski diklaim hanya serangan terbatas, namun hal itu cukup membuat warga Gaza semakin menghadapi krisis kemanusiaan. Sebab, Mesir menutup perbatasannya di Rafah sehingga tak ada bantuan kemanusiaan yang bisa memasuki Gaza.
Di tengah gejolak dan amarah publik ini, AS pun dipaksa bersikap sepatutnya. Karenanya, beberapa sikap AS terhadap Israel belakangan mulai terasa 'ambigu'.
Berikut sejumlah sikap plintat-plintut AS terhadap Israel.
1. Setop pasok senjata tapi tegaskan Israel tak lakukan genosida
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menyetop pasokan senjata ke Israel imbas rencana Negeri Zionis menyerang Rafah.
Pentagon telah mengonfirmasi pada 8 Mei lalu bahwa pihaknya menghentikan pengiriman 1.800 bom seberat 2.000 pon dan 1.700 bom seberat 500 pon ke Israel.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan keputusan ini diambil karena Washington ingin melihat Israel melakukan tindakan yang lebih tepat atas konflik ini. Terlepas dari itu, kata dia, AS terus mendukung Israel.
"Sebuah bom berdiameter kecil, yang merupakan senjata presisi, sangat berguna di lingkungan yang padat," katanya.
"Tapi mungkin bukan bom seberat 2.000 pon yang dapat menimbulkan banyak kerusakan tambahan," ujar Austin.
Biden sendiri sebelumnya sudah memperingatkan bahwa AS akan berhenti memasok senjata jika Israel tetap menyerang Rafah.
"Saya tegaskan bahwa jika mereka masuk ke Rafah, saat ini mereka belum masuk ke Rafah, namun jika mereka masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok senjata yang secara historis digunakan untuk menghadapi Rafah," kata Biden dalam wawancara dengan CNN yang disiarkan Kamis (9/5).
Lihat Juga : |
Menurut Biden, bom-bom pasokan AS telah digunakan Israel untuk menyerang pusat-pusat pemukiman di Gaza. Akibatnya, tak sedikit warga sipil yang terbunuh imbas bom tersebut.
Meski sudah berkata demikian, Washington pada faktanya tetap menegaskan dukungan yang kuat bagi Israel. Bahkan, AS dengan tegas membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza.
"Kami percaya Israel dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah. Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan seperti dikutip AFP, Senin (13/5).
Sullivan menambahkan bahwa kunci perdamaian dari konflik tersebut berada di tangan kelompok militan Hamas. Biden, lanjut dia, berniat menumpas Hamas.
Namun Washington menyadari sepenuhnya apa yang terjadi saat ini di Gaza telah membuat Palestina menderita bak di "neraka".
2. Veto resolusi soal Palestina tapi dukung solusi dua negara
Pada 18 April lalu, Amerika Serikat memveto draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait jalan bagi Palestina untuk menjadi anggota penuh organisasi tersebut.
Dikutip dari AFP, draf yang diusulkan Aljazair itu merekomendasikan kepada Majelis Umum agar Negara Palestina diterima menjadi anggota penuh PBB."
Sebanyak 12 dari 15 negara anggota DK PBB mendukung draf resolusi. Sementara itu, dua negara abstain dan satu negara menolak, yakni Amerika Serikat.
Sejumlah pihak sudah memprediksi bahwa AS bakal menggunakan hak vetonya untuk membatalkan draf resolusi yang dapat merugikan Israel ini.
Keanggotaan penuh di PBB berarti mengakui negara Palestina secara efektif. Pengakuan semacam ini sangat ditentang oleh Israel, selaku sekutu dekat AS.
Meski AS menolak menerima Palestina sebagai anggota PBB, Washington selama ini menegaskan dukungannya terhadap solusi dua negara.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyampaikan pada Januari lalu bahwa komitmen AS terhadap solusi dua negara tak pernah berubah. Menurutnya, gagasan itu merupakan solusi terbaik untuk Israel maupun Palestina.
Solusi dua negara merupakan gagasan mengenai pembentukan negara Palestina dan Israel guna mengakhiri konflik. Jika ini terwujud, akan ada dua negara bagian di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania.
Bersambung ke halaman berikutnya...