yoldash.net

Lakukan Perjalanan Damai, Eks Presiden Taiwan Bertemu Xi Jinping

Presiden China Xi Jinping kembali bertemu mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou setelah pertemuan terakhir di Singapura pada 2015.
Presiden China Xi Jinping kembali bertemu Ma Ying-jeou setelah pertemuan terakhir di Singapura pada sembilan tahun lalu. Foto di atas diambil dari pertemuan pertama pada 2015. (AP/Chiang Ying-ying)

Jakarta, Indonesia --

Presiden China Xi Jinping bertemu mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou di Beijing pada Rabu (10/4). Pertemuan tersebut menjadi yang pertama dalam sembilan tahun terakhir setelah bertemu di Singapura pada 2015.

SCMP memberitakan puncak pertemuan kedua orang itu ditandai dengan jabat tangan 80 detik sebelum pembicaraan yang dilakukan tertutup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemuan tersebut dilakukan setelah Ma Ying-jeou mengakhiri "perjalanan damai" dalam 11 hari terakhir di China daratan. Pada 1 April, ia tiba di pusat teknologi selatan Shenzhen dan mengunjungi beberapa kota, termasuk Guangzhou, Zhuhai, dan Xian.

Setelah itu, ia baru melakukan perjalanan ke Beijing pada Minggu (7/4). Ma Ying-jeou juga ke Zhongshan untuk mengunjungi kediaman Sun Yat-sen, bapak pendiri China modern.

ADVERTISEMENT

"Tur damai" tahun ini dilakukan menyusul kunjungannya lebih dari satu tahun yang lalu.

[Gambas:Video CNN]



Pada 27 Maret hingga 7 April 2023, mantan pemimpin Kuomintang, partai oposisi utama Taiwan dan yang bersahabat dengan Beijing itu, memimpin perjalanan pertukaran budaya kelompok mahasiswa Taiwan.

Sementara itu, kunjungan Ma Ying-jeou tahun ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan lintas selat, terutama kurang dari satu bulan sebelum William Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratif (DPP) ambil alih jabatan presiden Taiwan.

William Lai Ching-te yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden telah dicap sebagai "separatis" oleh Beijing dan dapat menimbulkan perang di kawasan.

Ketegangan di Selat Taiwan juga memperumit hubungan AS dan China. Xi Jinping dalam sejumlah kesempatan memperingatkan Presiden AS Joe Biden bahwa Taiwan merupakan "garis merah" bagi China.

Tak hanya itu, mereka juga menyebut Taiwan sebagai "masalah paling sensitif" dalam hubungannya dengan Washington karena China melihat Taiwan adalah bagian dari mereka yang kini menunggu reunifikasi, bahkan dengan kekerasan jika diperlukan.

Sementara itu, Xi Jinping dan Ma Ying-jeou sebelumnya bertemu di Singapura pada November 2015. Hal itu dilakukan ketika Ma Ying-jeou masih memimpin Taiwan dan menandai pertemuan puncak lintas selat pertama sejak keduanya berpisah pada 1949.

Pertemuan tersebut juga terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-daratan di Taiwan menjelang pemilihan presiden pada Januari 2016 yang dimenangkan Tsai Ing-wen dari DPP, yang mengundurkan diri pada Mei 2023 usai dua masa jabatan.

Isu yang dibahas oleh Xi Jinping dan Ma Ying-jeou di Singapura termasuk perkembangan hubungan lintas selat dan "konsensus tahun 1992."



Pada 2015, Xi Jinping menggambarkan pertemuannya dengan Ma Ying-jeou sebagai penanda "hari yang sangat istimewa, dan babak baru dalam sejarah."

"Tidak peduli hujan atau badai, tidak ada kekuatan yang dapat memisahkan kita. Kita bersaudara, dan saya yakin kedua belah pihak mempunyai kemampuan dan kebijaksanaan untuk menyelesaikan masalah kita masing-masing," ujarnya.

Senada, Ma Ying-jeou mengatakan "pertemuan tersebut memiliki suasana yang sangat bersahabat. Itu sangat positif."

(tim/chri)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat