yoldash.net

Korut Eksekusi Manajer Gudang Farmasi di Depan Warga Gegara Curi Obat

Otoritas Korea Utara menghukum mati seorang manajer gudang farmasi usai kedapatan mencuri 20 ribu dosis penisilin atau antibiotik.
Otoritas Korea Utara menghukum mati seorang manajer gudang farmasi usai kedapatan mencuri 20 ribu dosis penisilin atau antibiotik. (AFP/KIM WON JIN)

Jakarta, Indonesia --

Otoritas Korea Utara menghukum mati seorang manajer gudang farmasi usai kedapatan mencuri 20 ribu dosis penisilin atau antibiotik.

Manajer berusia 40-an tahun itu ditembak mati pada 25 September di Kota Hyesan, Provinsi Ryanggang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang sumber anonim yang tinggal di provinsi sama mengatakan manajer yang dieksekusi ini mengawasi obat-obatan di Gudang No. 4, sebuah lokasi penyimpanan persediaan milik Kementerian Pertahanan Sipil di bawah Komite Rakyat Provinsi.

Gudang ini digunakan sebagai penyimpan cadangan obat untuk digunakan selama masa perang.

ADVERTISEMENT

"[Pria itu] diam-diam menjual sejumlah besar obat cadangan masa perang," kata sumber tersebut, tanpa merinci kepada siapa obat itu dijual.

Dia juga mengatakan ini mengirimkan obat-obatan yang hampir kedaluwarsa ke rumah sakit setempat. Sebaliknya, Gudang No. 4 menerima pesanan baru untuk disimpan sebagai cadangan mereka.

"Dalam proses ini, seluruh kekurangan penisilin dikambinghitamkan ke satu orang, dan dia (terduga pelakunya) ditembak," tuturnya.

Sumber ini juga mengatakan eksekusi sang manajer mirip dengan hukuman mati terhadap sembilan orang yang dituduh menyelundupkan daging sapi pada 30 Agustus lalu. Saat itu, 25 ribu penduduk dipaksa menyaksikan eksekusi tersebut.

Bedanya, pada kasus penisilin ini, jumlah penduduk yang dipaksa menyaksikan lebih sedikit ketimbang saat itu.

[Gambas:Video CNN]

"Hanya ibu rumah tangga dan pejabat terkait yang berkumpul di lokasi eksekusi," kata sumber tersebut kepada Radio Free Asia (RFA).

Saat eksekusi berlangsung pun, kata dia, roda bisnis tetap berputar. Para pekerja gudang tetap bertugas seperti biasa dan tak ada satupun pasar yang ditutup.

Sementara itu, menurut sumber kedua dari provinsi yang sama, eksekusi bos gudang ini berlangsung di saat pemerintah gelisah karena peningkatan gejala yang mirip virus corona dan penyakit pernapasan dalam beberapa waktu terakhir.

Sejumlah warga pun percaya bahwa eksekusi terjadi karena stok penisilin mulai menipis di Korut.

"Dalam eksekusi publik, tampaknya kekurangan penisilin telah menyebabkan peningkatan jumlah pilek dan gejala pernapasan secara cepat," ucap dia.

Pihak berwenang Korut selama ini dikenal kerap melakukan eksekusi mati, baik secara rahasia maupun terang-terangan. Biasanya, mereka menggunakan sejumlah metode mulai dari ditembak regu penembak sampai gantung diri.

Hukuman-hukuman brutal semacam itu dijalankan guna menjaga masyarakat tetap tertib dan setia kepada negara.

Seiring dengan ini, sumber kedua mengatakan sejumlah orang percaya bahwa hukuman mati merupakan tindak pendisiplinan yang terlalu berlebihan. Dia menilai pemerintah Pyongyang seakan tak menghargai nyawa manusia.

"Di negara ini, nyawa manusia tidak lebih berharga dari seekor lalat," tukas dia.

(blq/rds)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat