Ketua DPR Kanada Mundur usai Puji Veteran Nazi
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kanada, Anthony Rota, mengundurkan diri pada Selasa (26/9), setelah secara terbuka memuji seorang veteran Ukraina yang berjuang untuk Nazi selama Perang Dunia II.
"Dengan berat hati saya ingin menyampaikan kepada para anggota bahwa saya mengundurkan diri dari jabatan Ketua House of Commons," kata Rota, seperti dikutip AFP, Selasa (26/9).
Dia juga menyampaikan penyesalan mendalam atas kesalahannya dan meminta maaf atas rasa sakit yang ditimbulkan kepada komunitas Yahudi di Kanada dan di seluruh dunia.
Rota sebelumnya menuai kecaman setelah memuji seorang imigran tua asal Ukraina, Yaroslav Hunka (98), di distriknya sebagai pahlawan. Dia melakukan hal itu saat lawatan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky di parlemen Kanada pekan lalu.
Saat itu Rota memuji Hunka sebagai "veteran perang Ukraina-Kanada dari Perang Dunia II yang berjuang untuk kemerdekaan Ukraina melawan Rusia."
Publik pun marah setelah menelusuri bahwa veteran tersebut ternyata pernah bertugas di unit militer yang terkait dengan Nazi. Hunka berada di Divisi Waffen Grenadier ke-14 SS, sebuah unit militer Nazi yang bukti-bukti kejahatannya terhadap kemanusiaan saat Holocaust didokumentasikan dengan baik.
Kelompok advokasi Yahudi lantas menyebut insiden itu "mengejutkan" dan "sangat mengganggu."
"Insiden ini telah membahayakan 338 anggota parlemen," demikian pernyataan kelompok tersebut.
Usai kejadian ini, beberapa anggota DPR Kanada mendesak Rota mengundurkan diri. Rota sendiri telah meminta maaf pada Minggu (24/9) usai membuat heboh.
"Inisiatif ini sepenuhnya milik saya sendiri. Saya secara khusus ingin menyampaikan permintaan maaf yang terdalam kepada komunitas Yahudi di Kanada dan di seluruh dunia," ucap Rota.
Pada Senin (25/9), Perdana Menteri Justin Trudeau buka suara dan mengatakan bahwa pernyataan Rota tentang sang veteran memalukan.
Kanada merupakan rumah bagi diaspora Ukraina terbesar kedua di dunia. Sementara itu, para pemimpin Ukraina kerap dituduh Rusia sebagai "neo-Nazi".
Ini menjadi salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina tahun lalu, yakni untuk denazifikasi.
Mengomentari hal ini, juru bicara Rusia Dmitry Peskov mengatakan "kecerobohan ingatan seperti itu adalah keterlaluan."
(blq/dna)