yoldash.net

Profesor Belanda Bela Sejarawan RI Bonnie Triyana yang Dipolisikan

Profesor Belanda Remco Raben membela sejarawan Indonesia Bonnie Triyana, yang belakangan dilaporkan ke polisi di Belanda karena pendapatnya tentang sejarah.
Suasana perang mempertahankan kemerdekaan, pemuda indonesia di tahun 1945. (anri.sikn.go.id)

Jakarta, Indonesia --

Profesor Belanda Remco Raben membela sejarawan Indonesia Bonnie Triyana, yang belakangan dilaporkan ke polisi di Belanda karena pendapatnya tentang sejarah.

Remco Raben, yang juga terlibat dalam pameran di Rijksmuseum, mengunggah opininya dalam sebuah artikel yang dimuat di NRC pada Rabu (19/1). Dalam artikel itu, Raben menilai pendapat Bonnie Triyana mengenai kata 'Bersiap' dalam sejarah periode 1945-1947 merupakan hal yang tepat.

"Bonnie Triyana dengan tepat berpendapat bahwa istilah Bersiap berkonotasi kolonial, bahkan berkonotasi rasis," tulis Raben, seperti dikutip dari NRC, Kamis (20/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tulisannya, Raben juga menyebut bahwa tuduhan propaganda politik yang dilayangkan terhadap Bonnie merupakan suatu omong kosong.

"Pada tahun 2011, saya sudah mengklaim di Historisch Nieuwsblad bahwa Bersiap memberikan perspektif historis yang terbatas," tutur Raben.

"Orang-orang ini mengubah perdebatan sejarah menjadi konflik politik tentang ancaman terhadap satu pihak," tambahnya.

Raben menjelaskan, istilah 'Bersiap' dalam pandangan Belanda merupakan istilah yang menggambarkan peristiwa saat orang Indo-Belanda diancam dan dibunuh dengan sadis oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Istilah ini menjadi simbol kekerasan yang hingga kini diyakini oleh masyarakat Belanda.

Namun, Raben menerangkan bahwa kekerasan yang saat itu terjadi, bukan hanya dialami oleh Indo-Belanda saja. Justru menurutnya, kekerasan itu bermula karena kedatangan para tentara Belanda yang secara agresif ingin menaklukan kembali wilayah yang mereka sebut sebagain Hindia Belanda kala itu.

"Ini juga mengabaikan fakta bahwa kekerasan baru benar-benar meletus ketika tentara Belanda datang dan berperilaku agresif dan bersemangat untuk penaklukan," paparnya.

Sebelumnya, Bonnie Triyana dikecam oleh sejumlah warga Belanda akibat pernyataannya soal istilah 'Bersiap' dalam sejarah kelam periode 1945-1947 di galeri pameran yang digelar oleh Rijksmuseum.

Bonnie berpendapat istilah tersebut harus dihilangkan. Sebab, baginya narasi 'Periode Bersiap' selalu menampilkan wajah orang Indonesia yang primitif, biadab, serta tersulut kebencian ras.

Atas pernyataannya tersebut, sejumlah pihak, terutama Federasi Indo-Belanda (FIN) melaporkan Bonnie ke kepolisian Belanda.

FIN menilai apa yang dilakukan Bonnie dan aksinya dalam pameran Rijksmuseum adalah sebuah pemalsuan sejarah.

"Menolak istilah Bersiap sama saja seperti menolak fakta Holocaust (pembantaian umat Yahudi Eropa oleh tentara Nazi Jerman saat Perang Dunia II), menolak kejahatan terhadap kemanusiaan, menolak kejahatan perang yang dalam beberapa kondisi di Belanda bisa dihukum," kata juru bicara Federasi Indo-Belanda (Federatie Indische Nederlanders/FIN), Michael Lentze, kepada Indonesia.com pada Selasa (19/1).

"Dan kami meyakini dalam kasus ini, Bapak Triyana telah melanggar hukum," paparnya menambahkan.



(blq/bac)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat