yoldash.net

Review Drama: When the Phone Rings

Review When the Phone Rings: Drama yang penceritaannya mengecewakan di akhir dan diperburuk dengan kisah politik keliru yang tak dibutuhkan.
Review When the Phone Rings: Drama yang penceritaannya mengecewakan di akhir dan diperburuk dengan kisah politik keliru yang tak dibutuhkan. (MBC)

Jakarta, Indonesia --

Review ini mengandung spoiler/beberan. 

Apabila baru berencana memulai When the Phone Rings, bersiap lah untuk kecewa di akhir. Drama yang viral belakangan ini gagal menjaga konsistensi kepadatan ceritanya hingga akhir.

When the Phone Rings menjadi drama romance thriller yang memasukkan semua trope kisah romansa pada episode-episode awalnya, seperti arranged marriage, enemies to lovers, hingga "touch her and you will die."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trope-trope itu dipadukan sedemikian rupa dan membuat sedikitnya dua episode awal sangat bisa menjadi hook untuk memulai When the Phone Rings.

Paruh pertama serial 12 episode ini bisa dibilang ditampilkan cukup baik meski memiliki plot bak drama makjang.

Semua berkat chemistry Yoo Yeon-seok dan Chae Soo-bin selaku pemeran utama yang bernaung dalam satu agensi. Begitu pula dengan komedi yang muncul dari gebrakan-gebrakan karakter Kang Young-woo (Lim Chul-soo).

Penceritaan paruh pertama pun terasa begitu cepat sehingga penonton, termasuk yang tidak membaca novel originalnya, sudah mulai bisa menerka-nerka hal yang sebenarnya terjadi dan berpotensi menjadi twist drama ini.

[Gambas:Video CNN]



Sayangnya, semua mulai berubah para paruh kedua dan dua episode akhir menjadi gong kekecewaan atas When the Phone Rings.

Drama ini seperti terus menggunakan formula yang sama berulang kali sebagai masalah kedua karakter utamanya, yakni kesalahpahaman dan minimnya komunikasi.

Toxic masculinity Paik Sa-eon, terutama untuk menutupi perasaannya kepada Hong Hee-joo dan alasan "melindungi" istrinya, mengingatkan saya dengan pemeran utama laki-laki drama-drama 2000-an akhir atau awal 2010-an.

Pengembangan karakter Paik Sa-eon malah semakin tidak jelas pada pekan finale. Ia sibuk memberi makan ego sendiri dengan embel-embel rasa bersalah terhadap Hong Hee-joo atas kejahatan orang tua di masa lalu.

Hal tersebut dilakukan Paik Sa-eon ketika akhirnya melihat sang istri masih hidup dan tahu bahwa Hong Hee-joo sesungguhnya menerima semua masa lalunya.

Alih-alih bersama, Paik Sa-eon lebih memilih "menebus dosa" yang memicu masalah baru tak masuk akal dalam hubungan mereka.

Drama Korea When the Phone Rings (2024). (MBC)Review When the Phone Rings: Pengembangan karakter Paik Sa-eon dalam dua episode akhir makin lemah dan mengecewakan. (MBC)

Penggunaan alur maju mundur, terutama saat mengisahkan backstory karakter pendukung, juga tidak begitu jelas seolah semua penonton sudah tahu detail kisah originalnya.

Sehingga, semakin lama semakin terasa banyak plot hole dalam drama ini. Hal itu sesungguhnya cukup disayangkan karena banyak juga detail yang ditaruh di episode-episode awal drama ini, seperti clue perhatian Paik Sa-eon kepada Hong Hee-joo.

Permasalahan finale When the Phone Rings tidak hanya pada Paik Sa-eon dan egonya sendiri. Episode akhir juga malah seperti satu tontonan berbeda yang asal ditempel untuk memenuhi kuota 12 episode drama ini.

Puncak kekecewaan terhadap drama ini adalah kehadiran unsur propaganda di menit-menit terakhir.

Penulis skenario menyelipkan permasalahan politik riil yang sesungguhnya tidak perlu ada dalam drama penjual mimpi-mimpi romantis sejak awal.

Drama dan film Korea memang kerap digunakan sebagai alat kritik sosial kehidupan bermasyarakat. Permasalahannya, situasi yang ditampilkan sangat keliru dan sesungguhnya tidak diperlukan sama sekali untuk drama ini.

Penulis sengaja menggunakan nama samaran untuk negara berkonflik, yakni Paltima dan Izmael. Paltima disebut menyerang Izmael dan menyandera warga Korea Selatan.

Tidak perlu berpikir lama untuk bisa menebak bahwa negara-negara tersebut merupakan pelesetan Palestina dan Israel.

Sebelum When the Phone Rings, beberapa drama sudah dikritik karena menggambarkan isu atau kelompok masyarakat negara di luar Korea Selatan secara keliru.

Kritik-kritik tersebut seharusnya bisa menjadi perhatian bagi penulis skenario untuk lebih berhati-hati menggambarkan permasalahan di dunia nyata.

Namun, Kim Ji-woon selaku penulis naskah tetap memasukkan permasalahan Israel dan Palestina secara keliru, menambahkan dengan situasi fiktif, dan diloloskan sutradara Park Sang-woo pada final cut.

[Gambas:Youtube]



Di tengah begitu banyak catatan untuk drama ini, backstory Paik Sa-eon dan Hong Hee-joo muda yang diperankan Shin Yeon-woo dan Lee Jae-joon menjadi sedikit yang membuat When the Phone Rings menarik ditonton.

Pada akhirnya, When the Phone Rings jadi drama yang penceritaannya semakin lama semakin lemah dan tidak jelas kala finale.

Chemistry dan ending yang manis dari karakter utamanya pun seperti tidak bisa menyelamatkan kesalahan tim kreatif, terutama saat menyelipkan unsur-unsur politik yang keliru dan tidak dibutuhkan sama sekali dalam plot When the Phone Rings.

(chri/chri)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat