5 Hal Menarik Film Kaka Boss, Cerita soal Perantau dari Timur
Kaka Boss merupakan film Indonesia terbaru dari rumah produksi Imajinari. Film drama komedi itu menceritakan perjalanan seorang ayah yang ingin menjadi kebanggaan putrinya.
Film itu mengisahkan seorang pengusaha sukses di bidang jasa keamanan sekaligus penagih utang bernama Kaka Boss (Godfred Orindeod). Bisnisnya memiliki reputasi besar di Jakarta dan beroperasi secara resmi.
Namun, bidang pekerjaan yang erat dengan dunia kriminal itu membuat berbagai stigma melekat ke Kaka Boss. Hal itu membuat putrinya, Angel (Glory Hillary), malu dengan sang ayah di sekolah.
Rasa ingin menjadi kebanggaan sang putri lantas mendorong Kaka Boss meniti karier baru sebagai penyanyi. Namun, suaranya sangat buruk dan tak ada yang berani mengkritiknya, hingga mimpi itu menjadi bom waktu bagi Kaka Boss dan orang-orang di sekitarnya.
Selain premis itu, Kaka Boss juga memiliki deretan hal menarik yang membuat film ini layak ditonton, mulai dari latar cerita hingga para pemeran di dalamnya.
Berikut 5 hal menarik dari film Kaka Boss.
1. Kisah orang Timur di Jakarta
Kaka Boss mengambil latar kehidupan orang-orang dari wilayah Indonesia timur yang merantau ke Jakarta. Kehidupan itu berpusat pada karakter Kaka Boss yang bernama asli Ferdinand Omakare.
Ia membuka perusahaan jasa keamanan dan jasa penagihan utang profesional. Perusahaan jasa itu mempekerjakan banyak orang timur, baik untuk tugas di lapangan maupun operasional di kantor.
Hal itu pula yang membuat Kaka Boss diramaikan aktor dan musisi dari wilayah timur Indonesia, mulai dari Godfred Orindeod, Glory Hillary, Putri Nere, Mamat Alkatiri, Abdur Arsyad, Nowela Elizabeth Auparay, Priska Baru Segu, Chun Funky Papua, hingga Teddy Adhitya.
Godfred Orindeod berperan sebagai Ferdinand Omakare alias Kaka Boss dalam film Kaka Boss (2024). (Tangkapan layar YouTube Cinema 21) |
2. Bahas stigma masyarakat
Cerita yang bersinggungan dengan profesi penagih utang itu membuat banyak terselip komentar tentang pekerjaan tersebut dalam Kaka Boss. Film ini membahas stigma masyarakat yang melekat terhadap debt collector.
Hal itu muncul ketika Kaka Boss tetap dicap sebagai preman meski bisnis miliknya resmi dan berbadan hukum. Persoalan itu juga yang mendorong Angel malu dengan Kaka Boss.
Sebab, teman-teman di sekolahnya menilai ayah Angel sebagai seorang preman. Stereotip itu pun diperkuat dengan pembawaan Kaka Boss yang tegas dan menyeramkan.
Lanjut ke sebelah...