yoldash.net

Review Film: Godzilla Minus One - Halaman 2

Film Godzilla Minus One berhasil membangun semangat dalam menonton lagi film kaiju yang terasa kurang dari MonsterVerse.
Film Godzilla Minus One berhasil membangun semangat dalam menonton lagi film kaiju yang terasa kurang dari MonsterVerse. (Toho Co. Ltd.)

Jika ada yang patut diberi dua acungan jempol untuk Godzilla Minus One, Yamazaki adalah orangnya. Dia berhasil membuat film yang dieksekusi dengan baik dari awal hingga akhir.

Tidak hanya menyuguhkan kisah tragis manusia yang dikombinasikan dengan kehadiran monster yang mengerikan, Yamazaki juga patut mendapat pujian dan penghargaan tertinggi di lini VFX.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini terbukti ketika Godzilla Minus One diganjar penghargaan dari Academy Awards sebagai Best Visual Effects. Yamazaki beserta timnya berhasil membawa pulang Piala Oscar ke Jepang.

Yamazaki mendapatkan keuntungan tersendiri lantaran dia pernah bekerja sebagai ahli VFX sebelum merambah ke arah penulisan dan penyutradaraan. Sehingga, dia mengawasi secara dekat dan dengan teliti tentang apa yang dia mau terkait VFX Godzilla Minus One.

(L-R) Masaki Takahashi, Takashi Yamazaki, Kiyoko Shibuya and Tatsuji Nojima pose in the press room with the Oscar for Best Visual Effects for Takashi Yamazaki dan timnya saat Godzilla Minus One menang Best Visual Effects di Piala Oscar 2024. (AFP/Robyn Beck)

Fakta yang menarik dari Godzilla Minus One adalah bujet yang relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan produksi film-film Hollywood.

Film Jepang ini diproduksi dengan anggaran sekitar US$15 juta. Angka ini kecil dalam kurs dolar, tapi sesungguhnya jika dikonversi, film ini memakan bujet sebesar 2,3 miliar yen.

Dengan angka sekecil itu--lewat kacamata Hollywood--nyatanya Godzilla Minus One membuktikan bahwa tidak perlu merogoh kantong dalam-dalam untuk memproduksi film yang bagus. Apalagi, jika film itu didominasi computer generated imagery (CGI) dan VFX.

Hal tersebut bisa terwujud apabila sang filmmaker bisa tahu cara mengatur uangnya dan memanfaatkan sumber daya yang mereka punya secara maksimal. Itulah yang Yamazaki lakukan saat menggarap Godzilla Minus One.

Film Jepang, Godzilla Minus One (2023).Godzilla saat meluluhlantakkan Ginza dalam film Godzilla Minus One. (dok. Twitter @godzilla231103)

Meski demikian, ada satu hal yang kurang dari Godzilla Minus One. Bukan kesalahan filmnya, melainkan faktor eksternal lain. Film ini tidak tayang di bioskop Indonesia yang diyakini karena bertabrakan dengan Godzilla x Kong: The New Empire yang tayang berdekatan.

Ini tentu berpengaruh pada cara penonton mendapatkan pengalaman sinematik dari Godzilla Minus One. Saya kurang mendapatkan kemewahan dan kemegahan adegan ketika Godzilla muncul dan meratakan segala yang dia temui, dan juga scoring musik serta raungan Godzilla yang menggelegar.

Saya jadi menonton Godzilla Minus One dua kali, meskipun tetap dengan perasaan semangat dan ikhlas. Kali pertama ditonton lewat layar TV dilakukan demi menikmati visualnya, kali kedua ditonton lewat handphone dan headphone agar lebih mendapatkan kemegahan scoring musiknya.

Dengan respons penonton dan kritikus dari berbagai penjuru dunia yang sangat positif terkait Godzilla Minus One, dan bagaimana film itu berakhir, semoga Takashi Yamazaki mendapatkan lampu hijau untuk menggarap sekuel dari karyanya itu.



(pra/pra)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat