yoldash.net

Akankah Taylor Swift Makin Moncer dengan Tortured Poets Department?

Era baru The Tortured Poets Department bisa menjadi pertaruhan sekaligus pembuktian apakah popularitas Taylor Swift bisa terus menanjak atau sudah mentok.
Era baru The Tortured Poets Department bisa menjadi pertaruhan sekaligus pembuktian apakah popularitas Taylor Swift bisa terus menanjak atau sudah mentok. (dok. Taylor Swift)

Jakarta, Indonesia --

Taylor Swift resmi merilis album terbaru berjudul The Tortured Poets Department pada 19 April 2024. Era baru ini bisa menjadi pertaruhan sekaligus pembuktian apakah popularitas Swift bisa terus menanjak ataukah sudah mentok.

Perilisan The Tortured Poets Department (TTPD) terjadi ketika Swift berada dalam golden era perjalanan kariernya. Sebelum rilis ke publik pun, TTPD sudah mencetak rekor dengan menjadi album paling banyak disimpan sebelum rilis dalam sejarah Spotify.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini mungkin jadi album paling dinantikan yang pernah saya lihat sepanjang karier saya," kata Tom Poleman, the chief programming officer dan presiden iHeartRadio kepada CNN seperti dirilis Rabu (17/4).

"Ini bukan sekedar peristiwa musik, ini adalah momen budaya pop yang menurut saya semua orang di Amerika akan membicarakan dan merayakannya bersama." lanjutnya.

Nama Taylor Swift hilir mudik di berbagai media, arus utama ataupun sosial, setelah pandemi saat menggegerkan publik dengan album folklore dan evermore (2020).

Ketika Midnights (2022) rilis dan dilanjutkan dengan tur fenomenal The Eras Tour, Swift bahkan bukan lagi dianggap sebagai musisi, melainkan penyelamat ekonomi.

[Gambas:Video CNN]



Lewat fenomena yang disebut sebagai Swiftonomics, The Eras Tour berhasil menyelamatkan Amerika Serikat dari resesi dan menaikkan ekonomi daerah yang dilewati tur tersebut.

Berbagai rekor pun tercipta oleh Swift dalam empat tahun terakhir, mulai dari capaian di tangga lagu hingga dampak ekonomi riil. Bahkan saking seringnya mencetak kesuksesan, hal itu lama-lama jadi bukan hal baru bagi Swift.

Semua berkat kepiawaian Taylor Swift dalam menciptakan lagu-lagu yang relatable, mampu menggaet pasar lewat sentuhan emosi yang ia sampaikan melalui musik.

"Dia sangat selaras dengan cara penonton berinteraksi dengannya," kata Poleman. "Dia memiliki rencana untuk setiap aspek berbeda tentang bagaimana dia dapat terhubung dengan penontonnya,"

"Menurut saya hal itu berasal dari dirinya menjadi seperti penontonnya. Dia menjalani hidup seperti mereka, dan saya pikir itu yang membuat Taylor terhubung dengan penontonnya," katanya.

Namun segala capaian itu juga menjadi tantangan bagi Swift. Apakah dirinya bisa melampaui capaian sebelumnya ataukah memang ia sudah berada di titik tertinggi yang mungkin bisa dicapai.

[Gambas:Instagram]



Tantangan itu akan terjawab, paling dekat, melalui penjualan album TTPD yang dirilis 19 April 2024. Bila Swift masih mampu melampaui, ia akan membuktikan bahwa artis sesukses dirinya masih bisa menjangkau yang lebih tinggi lagi.

Peluang itupun disebut masih ada dari laporan media musik Hits Daily Double (HDD) pada Kamis (18/4).

Lanjut ke sebelah...

Sumber dalam industri media musik itu mengatakan perolehan album TTPD berpeluang "sangatlah besar". Namun HDD menyebut, mereka belum berani mengungkapkan data dari sumber tersebut.

Meski begitu, kata HDD, Swift hanya butuh 1 persen dari 283 juta pengikutnya di Instagram untuk membeli album itu di pekan pertama dan membuat album itu menembus 2 juta unit penjualan.

Bagi managing director of charts & data operations Billboard, Keith Caulfield, kesuksesan Taylor Swift di titik saat ini tak terlepat dari kepeduliannya pada aspek komersil selain daripada aspek artistik.

"Dia sudah memojokkan dua pasar tersebut," kata Caulfield. "Intinya, orang-orang masih sangat tertarik dan berinvestasi pada musik dan seni yang dia ciptakan,"

"Dia bukan hanya seorang selebriti. Dia juga seorang musisi dan artis yang sangat dihormati dan disukai oleh para penggemarnya," katanya.

Bahkan, seorang produser eksekutif label yang enggan disebut namanya punya perbandingannya sendiri terkait dengan kesuksesan Taylor Swift.

[Gambas:Photo CNN]



"Dalam film, ini seperti James Cameron yang peduli pada kualitas, peduli pada kredibilitas, tetapi juga peduli pada kesuksesan komersial," kata produser eksekutif label tersebut.

Namun Swift juga punya keuntungannya sendiri menjadi sebesar ini. Ia tak harus mengikuti keinginan atau kebiasaan di industri musik. Meski tak melakukan promo besar pun, Swift masih mungkin mencetak kesuksesan.

"Saya pikir dia akan mengegerkan internet," kata Poleman terkait dengan perilisan The Tortured Poets Department.

Caulfield bahkan menyebut salah satu kekuatan Swift juga selain daripada penggemarnya adalah kemampuan dirinya menghadapi berbagai kekacauan, salah satunya saat konflik terbuka dengan Scooter Braun pada 2019.

Konflik berupa Braun membeli katalog enam album lawas Swift yang diklaim tanpa sepengetahuan musisi itu mendorong pelantung You Belong With Me tersebut merekam ulang enam albumnya. Hasilnya, sejauh ini empat album "Taylor's Version" sukses di pasar.

"Saya pikir semua kejadian kemarin-kemarin berpotensi membantu menginformasikan bagaimana kariernya mencapai tingkat kesuksesan baru dengan cara yang menurut saya tidak pernah diduga sebelumnya," kata Caulfield.

"Sejak itu, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah kapal roket untuk Swift." kata produser eksekutif anonim tersebut.

"Gabungan totalitas dari faktor-faktor tersebut telah menempatkannya pada ruang yang belum pernah dimasuki artis lain," kata produser itu.

"Dia seperti berada di tempat di mana tidak ada artis lain yang memiliki kemampuan untuk menyentuh banyak generasi dan itu seperti berasal sejak folklore." katanya.

[Gambas:Video CNN]



Kapal Roket Swift

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat