yoldash.net

Renaissance, Album Beyonce yang Bukan untuk Semua Orang

Review album: Renaissance jadi bukti teranyar Beyonce memang sudah tak lagi mengincar popularitas, jumlah stream, penjualan album, ataupun Grammy Awards.
Review album: Renaissance jadi bukti teranyar Beyonce memang sudah tak lagi mengincar popularitas, jumlah stream, penjualan album, ataupun Grammy Awards. (dok. BEYONCE via Twitter @Beyonce)

Jakarta, Indonesia --

"No one else in this world can think like me / I'm twisted"

Beyonce tak main-main saat menulis bait dalam Alien Superstar tersebut. Saya tak menyangka Renaissance akan membuat saya begitu lama merenung untuk bisa memahami album ketujuh Beyonce ini sejak rilis 29 Juli 2022.

Beyonce memang sudah tak lagi mengincar popularitas, jumlah stream, penjualan album, ataupun Grammy Awards. Dia sudah jauh di atas itu semua, apalagi mengingat Lemonade (2016) yang monumental.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istri Jay-Z ini pun masih belum turun dari langit lewat Renaissance, bahkan mungkin ia terbang lebih jauh. Musik dalam album ini sulit dipaksa untuk masuk dalam sebuah definisi dan deskripsi yang pasti.

Meski begitu, ini Beyonce. Biar suka-suka pun rasanya mustahil hasilnya akan sembarangan. Maka rasanya lirik yang ia lantunkan dalam Cozy di bawah ini bisa sepenuhnya dimaklumi.

ADVERTISEMENT

"I'm swaggy (I'm swaggy) / Effortlessly (Effortlessly) / That's how God made me (How God made me)," [Cozy]

Renaissance menawarkan perjalanan emosi, eksplorasi musik, penceritaan, hingga vokal khas Beyonce. Kover album yang menggambarkan Beyonce duduk di atas seekor kuda metalik ini mungkin paling mendekati sensasi mendengarkan Renaissance.

Di album ini, Beyonce mengajak penggemarnya berpacu dalam trap dan hip hop dengan suasana disko juga house dekade 70 hingga 90-an, menambahkan unsur afrobeat dan funk, tapi masih bisa menikmati balada vokal mantan personel Destiny's Child yang kaya cita rasa R&B itu.

Beberapa lagu dalam album ini mungkin akan mengingatkan penggemar pada beberapa karyanya di masa lalu. Misalnya saja Pure/Honey yang mirip dengan Partition/Yonce dalam album BEYONCE (2013), atau juga Church Girl yang gospel dengan 7/11 yang kental akan trap dan hip hop dari album kejutan tersebut.

[Gambas:Youtube]



Bukan hanya dari segi lagu, penampilan vokal Beyonce juga membuat pendengar serasa kembali bertemu dengannya saat masih di Destiny's Child lewat lagu Plastic Off the Sofa.

Di awal Renaissance, Beyonce mengajak menyelami petualangan melintasi budaya ballroom yang identik dengan masyarakat Afrika-Amerika dan komunitas LGBT di New York City: penuh pesta, kepercayaan dan kebebasan mengekspresikan diri dari segala bentuk stigma juga pengekangan.

Bahkan tak tanggung-tanggung, Beyonce yang memang dipuja banyak anggota komunitas LGBT itu juga membanggakan penggemarnya tersebut melalui metafora rainbow flag dalam lirik Cozy.

Keinginan Beyonce untuk memasukkan elemen budaya masyarakat LGBT itu dalam album ini bukan hanya sekadar menyenangkan penggemar, apalagi sok-sokan inklusi, tapi sebuah political stance yang paling gamblang dari sepanjang karier musisi tersebut.

Bentuk political stance Beyonce bukan cuma kepada kelompok marjinal itu, tetapi juga menyinggung dunia politik Amerika secara harfiah, terutama saat Beyonce dan kubu Demokrat berhasil mengakhiri masa jabatan presiden AS ke-45, Donald Trump, pada 2020 lalu.

"Votin' out 45, don't get outta line, yeah / Ooh, ooh, ooh, ooh, pick a side," lantun Beyonce dalam Energy.

Lanjut ke sebelah...

[Gambas:Youtube]



Review Album: Renaissance - Beyonce

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat