yoldash.net

Ismail Marzuki, Seniman Betawi yang Terpatri di Cikini

Ismail Marzuki menjadi salah satu ikon yang menandakan dua hal: Betawi dan Cikini.
Ismail Marzuki menjadi salah satu ikon yang menandakan dua hal: Betawi dan Cikini.(Wikimedia Commons (PD Indonesia Old))

Jakarta, Indonesia --

Ismail Marzuki menjadi salah satu ikon yang menandakan dua hal: Betawi dan Cikini. Meski diketahui lahir di Kwitang dan menetap di Tanah Abang, nama Ismail Marzuki lebih terpatri di Cikini.

Taman Ismail Marzuki di Jalan Cikini Raya adalah pusat kebudayaan di Jakarta yang mengabadikan seniman legendaris asal Betawi dan memengaruhi musik Indonesia selama bergenerasi tersebut.

Seniman yang lahir pada 11 Mei 1914 ini sejatinya bernama asli Ismail. Nama Marzuki diambil dari nama ayahnya. Ismail Marzuki merupakan anak yang telah lama dinantikan oleh kedua orangtuanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya, ia lahir setelah orang tuanya kehilangan kedua kakaknya karena tak berumur panjang. Namun saat Ismail lahir, tiga bulan setelahnya sang ibu pergi selamanya.

Sebagai orang tua tunggal, Marzuki membesarkan Ismail dengan penuh harapan dan cita-cita. Marzuki menyekolahkan Ismail di sekolah Belanda, yaitu Hollandsh Inlandshe School, sekolah unggulan di masa itu.

Bukan hanya itu, Ismail juga disekolahkan di sebuah madrasah bernama Unwanul Falah yang dipimpin oleh Habib Ali Alhabsji di Kwitang.

Menurut sejarawan mendiang Alwi Shahab dalam Ismail Marzuki, Santri yang Melegenda Lewat Lagu Perjuangan yang diterbitkan pada 25 September 2016, pendidikan yang diterima Ismail Marzuki membawa andil besar pada pola pikir Ismail Marzuki.

"Ia menjadi sosok Islam moderat dengan istiqomah menggali dan mengamalkan Islam serta sekaligus mendalami seni," ujar Alwi, Mei 2018.

Walaupun kala itu seniman dicap sebagai pekerjaan yang tidak jelas, Ismail tidak berkecil hati. Ia tetap menekuni bidang seni.



Ninok Leksono dalam buku Seabad Ismail Marzuki Senandung Melintas Zaman (2014) menyebut harmonika menjadi salah satu alat musik awal yang dikuasai Ismail.

Usai harmonika, ia berpindah ke alat musik lainnya. Terus begitu dan selalu berlatih empat hingga lima jam setiap harinya, hingga Ismail mampu menguasai delapan alat musik: harmonika, mandolin, gitar, ukulele, biola, akordeon, saksofon, piano.

Ismail Marzuki pun mampu menciptakan lagu pertamanya, O Sarinah, pada usianya 17 tahun, atau pada 1931. Bakat dan ketenaran Ismail cemerlang saat ia bergabung dengan Lief Java pada 1936, atau pada 22 tahun.

Ia pun disebut sempat menjalani pekerjaan sebagai penjual piring hitam yang cemerlang, berkat minatnya terhadap musik.

Lewat musik pula, Ismail bertemu dengan Eulis, seorang biduan orkes asal Bandung nan terkenal. 

lanjut ke sebelah...

Ismail Marzuki, Seniman Betawi yang Terpatri di Cikini

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat