yoldash.net

Joey Alexander, Grammy Awards, dan Kerinduan pada Indonesia

Joey Alexander buka-bukaan soal Grammy Awards, menjadi jenius pianis muda, hingga musisi idolanya dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com.
Wawancara CNNIndonesia.com dengan Joey Alexander. (AFP/PASCAL POCHARD-CASABIANCA)

Jakarta, Indonesia --

Saya sempat berpikir bakal sangat sulit meminta waktu Joey Alexander untuk wawancara. Kesibukannya sebagai seorang pianis muda, tentu jadi kendala terbesar.

Terlebih di tengah pandemi Covid-19, ketika semua berjarak. Beruntung, Joey sosok yang rendah hati. Perkenalan dan permintaan saya di Direct Mesage Instagam untuk wawancara dengannya tak butuh waktu lama direspons sang remaja jenius di musik tersebut.

Kebetulan saat itu Joey tengah berada di Bali, kampung halamannya. "Biasanya memang harus melalui manajemen saya di AS, kali ini tidak apa-apa, untuk langsung ke saya," tulis Joey di DM Instagramnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertanyaan saya kirim melalui email sesuai permintaan sang artis. Awalnya kami meminta Joey untuk merekam jawaban tersebut melalui video.

Ia melalui manajer sempat mempertimbangkannya. Namun, Joey akhirnya memilih untuk menjawab kembali pertanyaaan via balasan email.

ADVERTISEMENT

Joey merasa sungkan untuk menjawab pertanyaan via rekaman video. Melalui wawancara tersebut, Joey berbagi cerita soal sejumlah subjek dari soal pandemi, Grammy Award, hingga soal pemusik idolanya.

Joey pernah mencuri perhatian di dunia musik lokal dan internasional pada Grammy Award 2017. Ia masuk nominasi ajang penghargaan musik di Amerika Serikat (AS) untuk kali ketiga.

Ia masuk dalam nominasi Best Improvised jazz Solo, bersaing dengan musisi-musisi jazz senior, antara lain Ravi Coltrane (In Movement), Fred Hersch (We See), Brad Mehldau (I Concentrate On You), dan John Scofield (I'm So Lonesome I Could Cry). Saat itu ia masih 13 tahun.

Kini Indonesia.com kembali mendapat kesempatan mewawancarainya. Ikuti wawancara kami dengan Joey Alexander dalam edisi ruang santai (runtai) kali ini.

Apa kesibukan kamu selama pandemi? Apa punya hobi baru? Saya pernah melihat kamu berlatih tinju di Instagram

Saya hanya berusaha positif karena sedikit yang bisa dilakukan di luar saat ini. Saya tetap menulis lagu dan tetap menjalin komunikasi dengan teman-teman. Tinju itu menyenangkan untuk lebih bersantai dan bangun di pagi hari. Santai saja kok.

Gif Rekomendasi Drama Korea (Drakor)

Bagaimana kegiatan kamu bermusik selama pandemi? Apakah kondisi sekarang mempengaruhi kesibukan bermusik atau pendangan kamu tentang kehidupan sekarang?

Biasanya kan saya selalu sibuk mempersiapkan rencana bermusik untuk penampilan dan tur ke depan. Namun, pandemi sekarang justru membantu saya setop sejenak dan bersyukur masih diberi kesehatan, semua kesempatan di masa lalu, bahkan amat bersyukur karena orang-orang di sekitar saya.

[Gambas:Instagram]


Kamu banyak merilis album-album berbahasa Inggris. Pada Januari 2020, kamu merilis album dengan bahasa Indonesia, Warna. Bisa berbagi kepada kami cerita di balik album Warna?

Saya biasanya menamakan album berdasarkan lagu-lagu atau komposisi asli saya di album Live, Joey Monk Live. Jadi ini bukan soal album bahasa Inggris atau Indonesia. Warna merupakan karya yang saya tulis yang menceritakan tentang kepribadian, suara, dan gaya seorang pemusik yang bermain dengan saya. Saya mencoba musik dan gaya komposisi yang beda seperti Tis Our Prayer dan The Light.

Sejauh ini kamu sudah tiga kali masuk nominasi di Grammy Awards. Apa target utama kamu sebagai pianis? Grammy Awards salah satunya?

Saya hanya ingin bermain bagus dan berharap bisa menginspirasi orang-orang.

Ikuti di halaman wawancara 2 Joey Alexander menjawab pertanyaan seputar yang paling dirindukan dari Indonesia hingga  musisi idolanya.

Joey Alexander soal Memori akan Tempat Kelahiran dan Musisi Idola

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat