yoldash.net

Rifan Kalbuadi, 5207, dan Jati Diri Baru dalam Bermusik

Musisi Rifan Kalbuadi mengisahkan kisah di balik single terbarunya, 5207, dan perjalanannya mencari jati diri dalam bermusik.
Musisi Rifan Kalbuadi mengisahkan kisah di balik single terbarunya, 5207, dan perjalanannya mencari jati diri dalam bermusik. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)

Jakarta, Indonesia --

Suasana Jakarta siang jelang penghujung Desember 2020 itu cukup gerah dan jalanan tetap padat seperti saat sebelum pandemi, namun Rifan Kalbuadi masih memiliki banyak cerita.

"Pandemi, saya mulai suka menanam. Saya juga mulai ternak lele," kata Rifan lalu tertawa di balik maskernya kala berbincang santai dengan timnya dan Indonesia.com dalam kesempatan itu. "Enggak pernah terbayang saya bakal menikmati, tapi itu terapeutik banget,"

Cerita soal kebiasaan baru Rifan itu adalah sebagian dari kisahnya dalam wawancara dengan Indonesia.com di tengah keterbatasan dan kekakuan karena menerapkan protokol kesehatan akibat pandemi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masker selalu terpasang rapat di wajah dan wawancara berjarak lebih dari semeter serta hand sanitizer tersaji di atas meja alih-alih kopi, sungguh menjadi pengalaman wawancara yang ganjil akibat pandemi. Namun musisi indie berusia 25 tahun itu sama sekali tak mengeluh.

Sepanjang percakapan, kami membahas banyak hal bukan hanya lele, mulai dari single Rifan yang baru dirilis pada 19 Desember 2020 bertajuk 5207 (Rifan memastikan single itu bisa dibaca "lima-dua-kosong-tujuh" atau bisa dalam versi bahasa Inggris), hingga pengalamannya mengurus sendiri musik yang ia ciptakan.

[Gambas:Instagram]



Nama Rifan Kalbuadi mungkin belum setenar temannya, Nadin Amizah, yang meroket dalam beberapa tahun terakhir. Keduanya terbilang akrab dan pernah duet bersama di sebuah video yang diunggah oleh Rifan di akun YouTube miliknya beberapa tahun lalu.

Rifan sejatinya telah berkarier sebagai musisi sejak 2016 dengan menelurkan sebuah single usai sebelumnya lebih dikenal sebagai musisi jebolan YouTube.

Namun pada 2017, ia memutuskan 'banting stir' dengan keluar dari label dan menjadi musisi independen. Ia pun mengeluarkan sebuah EP bertajuk Statis pada tahun itu. Empat lagu dalam album itu semua ditulis dan diproduksinya sendiri.

Penerimaan dari penggemarnya pun terbilang hangat. Hingga awal Januari 2021, lagu Daraku yang menjadi bagian dalam EP tersebut telah didengar lebih dari 244 ribu kali di Spotify, dilanjutkan dengan Over You dengan 29 ribu kali didengar, dan Terantai dengan 51 ribu kali didengar.

Capaian itu terbilang baik untuk musisi muda yang menulis, mengomposisi, memproduksi, hingga mengurus promosi dan desain album, sendirian tanpa bantuan perusahaan besar. Ia hanya dibantu oleh tim berjumlah segelintir orang yang ia percaya.

[Gambas:Youtube]



Tiga tahun berselang, pada Maret 2020, Rifan merilis single bertajuk Temporary Hours. Lagu berbahasa Inggris ini terbilang beda dibanding era Statis, Rifan lebih sendu dengan permainan vokal falsetto yang dominan. Secara lirik pun, terbilang ada peningkatan.

Kembali, lagu itu mendapatkan sambutan yang hangat. Per Januari awal 2021, Temporary Hours telah didengar lebih dari 276 ribu kali, jauh lebih tinggi dibanding Daraku, lagu paling populer dalam EP Statis.

Tapi ternyata, lagu itu juga salah satu aksi 'banting stir' yang lain darinya. "Iya saya banyak banting stir," katanya sambil tertawa di sela-sela wawancara rubrik Runtai Indonesia.com ini.

5207 ini rilis beberapa bulan setelah Temporary Hours, masih ada kaitannya?

Iya ini rilis hampir setengah tahun [setelah Temporary Hours], dan ini sekuel sebenarnya. Kelanjutan dari Temporary Hours. Nanti di video klip ada ceritanya dari yang pertama.

Kau mengatakan di Instagram, ini soal nenekmu yang telah tiada, turut berduka cita sebelumnya.

Iya betul, terima kasih. Saya lumayan dekat dengan mendiang. Kami satu keluarga bisa disebut kompak, kami senang bersama, ketika berduka juga kami bareng-bareng. Sangat kompaklah.

Kemudian, nenek kena kanker. Januari [2018] dibawa ke rumah sakit, kami enggak sadar itu kanker karena cuma sakit perut biasa. Kemudian didiagnosa kanker kolon. Kami semua kaget karena tidak pernah ada riwayat kanker atau apa pun di keluarga kami. Ini yang pertama kali. Beliau dirawat kurang lebih tiga bulan, masuk Februari 2018, dan Mei meninggalnya.

[Gambas:Instagram]




Itulah kenapa dirimu terdengar begitu kehilangan di 5207..

Soalnya itu pengalaman kematian pertama saya. Kakek dari ayah dulu meninggal, tapi 1999, saya masih kecil sekali dan belum punya dinamika emosi sebesar sekarang. Kemudian sekarang bisa melalui sebuah perjalanan melawan kanker dari awal hingga terakhir, walaupun mendiang [nenek] wafat. Itu sesuatu yang baru buat saya dan keluarga.

Tentu dinamika emosi yang saya hadapi ini belum pernah saya hadapi sebelumnya seumur hidup saya, jadi itu cukup mengejutkan buat saya dan bagaimana menghadapinya.


Beratkah saat menulis lagu ini?

Lebih ke lega sih sebenarnya, karena memang pada saat itu emosinya cukup besar sekali dalam diri saya dan pada akhirnya harus diluapkan melalui karya dan memang itu cukup cepat penulisannya.

Enggak lebih dari sehari menulis dan produksinya, jadi memang benar-benar ingin menulis saja dan spontan, dan akhirnya jadi.

Saya pun enggak ada niat seperti "saya ingin hari ini menulis lagu". Enggak ada. Memang momentumnya lagi berduka, ingin mengeluarkan sebuah emosi, dan terjadilah pada hari itu.


Namun yang menarik, suasana antara 5207 dan Temporary Hours cenderung sama.

Iya, suasananya sama. Ha-ha-ha. Enggak terpikirkan sebenarnya untuk bikin semuanya seragam, karena Temporary Hours itu yang terakhir dibuat, dan 5207 ini terjadi 2018, sudah dua tahun. Kami produksi penuh baru 2019 dan dirilisnya sekarang.

[Gambas:Youtube]


Kisah Rifan Kalbuadi mencari jati diri dalam bermusik ada di halaman selanjutnya..

Pencarian Jati Diri Musik Rifan yang Baru

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat