Awas Stem Cell Abal-abal, Cek 3 Hal Ini Sebelum Terapi
Daftar Isi
- 1. Produsen stem cell
- 2. Tenaga medis sesuai kompetensi
- 3. Cara konsultasi dengan pasien
Terapi sel punca atau stem cell jadi jalan pemulihan penyakit yang menjanjikan. Agar tak terjebak pada stem cell abal-abal, ahli ingatkan untuk cek beberapa hal berikut.
Dunia sedang melirik stem cell sebagai harapan baru akan pengobatan suatu penyakit. Indonesia merupakan salah satu negara yang jadi sasaran pasar dunia bagi terapi stem cell. Tak pelak, kini bermunculan klinik yang menawarkan stem cell.
"Stem cell booming, [dianggap] kayak mukjizat. Ada pasien dengan kondisi tulang belakang leher, otot lemah, duduk enggak bisa, diangkat enggak bisa. Semua dokter menyerah. Kami coba stem cell tiga minggu, lalu [leher] lurus lagi sampai sekarang. Pasien ini mama saya sendiri," kata Presiden Direktur Bifarma Adiluhung (Regenic Kalbe Stem Cell) Sandy Qlintang di diskusi yang digelar oleh Klinik Etnaprana, Jakarta Selatan, Senin (29/7).
Melihat pengalaman sang ibunda dan pasien-pasien lain, tentu saja kian meyakinkan orang untuk mencoba terapi ini. Hanya saja, tak semua tawaran terapi stem cell benar-benar menggunakan sel punca.
Sandy pun memberikan setidaknya ada tiga catatan yang perlu diperhatikan calon pasien yang berminat mencoba terapi ini.
1. Produsen stem cell
Stem cell, kata Sandy, merupakan obat, bukan vitamin atau herbal. Karena obat, stem cell harus diproduksi di industri farmasi.
Industri farmasi terpercaya akan memastikan sumber stem cell melalui skrining yang ketat dan tidak mengikutsertakan bahan berbahaya apa pun.
"Kalau mau coba stem cell, pasien bisa tanya ini dari industri apa, kemudian ada sertifikasi cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dari BPOM tidak," katanya.
2. Tenaga medis sesuai kompetensi
Ilustrasi. Tak sembarang tenaga kesehatan bisa memberikan terapi stem cell. (Pixabay/DarkoStojanovic) |
Dokter-dokter yang memberikan terapi stem cell tidak bisa sembarangan. Sandy berkata, pemberian stem cell dilakukan oleh dokter yang berkompeten.
Dokter yang benar-benar memahami, lanjut dia, tak akan langsung memberikan stem cell meski diminta pasien.
"Misal, nih, otot robek, bisa dong stem cell. [Dokternya bilang] 'Oke Bu, kapan?' Ini kita musti curiga. Seharusnya lihat dulu kondisi pasien gimana, pola hidup baik apa belum," jelas Sandy.
Klinik Etnaprana, salah satu klinik yang menyediakan layanan terapi stem cell, memiliki tenaga medis yang sudah melalui training bersama Kalbe Farma dalam hal pemberian terapi stem cell.
Direktur Utama Klinik Etnaprana Profesor Hafil Abdulgani menjelaskan, meski dirinya sudah terbilang senior, ia tetap menjalani training agar bisa melayani pasien stem cell dengan benar.
"Kalbe ada training, Kalbe Farma, kan, yang memproduksi ini [stem cell]. Saya ke sana dua kali, pertama ada kuliah, lalu ada praktik cara pemberian. Waktu praktikum, saya jadi orang yang dipraktekin. Saya disuntik, sakit enggak. Ini begitu ketatnya stem cell," kenang Profesor Hafil saat ditemui di kesempatan serupa.
3. Cara konsultasi dengan pasien
Anda bisa mengenali apa tempat atau tenaga medis yang memberikan layanan stem cell berkompeten atau tidak ketika proses konsultasi.
"Kita konsultasi, nih, dokternya tanya sakit apa, oh pasien ini diabetes. Dokternya menyarankan obat diabetes semua setop. Kita musti ragu," kata Sandy.
Stem cell bertugas memulihkan di level sel, sementara obat-obatan tetap dibutuhkan dan akan dikurangi dosisnya sesuai kondisi pasien.
(els/asr)[Gambas:Video CNN]