yoldash.net

3 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Daftarkan Anak Ke Pesantren

Praktisi psikolog anak, Aninda mengatakan oknum pelaku kekerasan dan atau bullying memang ada di hampir setiap sekolah maupun pesantren.
ilustrasi : Praktisi psikolog anak, Aninda mengatakan oknum pelaku kekerasan dan atau bullying memang ada di hampir setiap sekolah maupun pesantren.(iStockphoto/seb_ra)

Daftar Isi
  • 1. Bangun komunikasi yang kuat dengan anak
  • 2. Gali informasi mendalam tentang sekolahnya
  • 3. Simpan kontak orang dari asrama
Jakarta, Indonesia --

Bintang Balqis Maulana, santri berusia 14 tahun di Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah di Mojo, Kediri, Jawa Timur meninggal dunia.

Dia diduga mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh rekannya sesama santri.

Bintang dipulangkan dalam keadaan tak bernyawa oleh pihak Ponpes ke keluarganya yang berada di Kampung Anyar, Kendenglembu, Karangharjo, Glenmore, Banyuwangi. Saat jenazahnya tiba di rumah, pihak keluarga mendapati banyaknya luka lebam dan robek di sekujur tubuhnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, belum ada penjelasan pasti terkait bullying yang berujung pada kematian Bintang. Namun, bullying di instansi pendidikan kini kian marak terjadi. Praktisi psikolog anak, Aninda mengatakan oknum pelaku kekerasan dan atau bullying memang ada di hampir setiap sekolah maupun pesantren.

"Tapi bukan berarti semua sekolah jelek, saya katakan ini tindakan yang dilakukan oknum. Jadi bukan sekolah pesantren penyebabnya, tapi si oknum ini penyebabnya," kata Aninda saat dihubungi Indonesia.com, Kamis (29/2).

Jika orang tua memang ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah asrama, seperti pesantren dan sekolah lainnya, tentu tidak salah. Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Hal ini kata Aninda, agar anak mendapatkan pendidikan yang aman, bagus, dan tenang selama mengenyam pendidikan di sekolah asrama. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua:

1. Bangun komunikasi yang kuat dengan anak

Sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak di pesantren atau sekolah berasrama, bentuklah dulu karakter komunikasi anak dengan orang tua. Jangan jadikan pesantren atau sekolah berasrama sebagai tempat 'membuang' anak.

Buat anak terbuka pada Anda tentang apapun. Biarkan dia bercerita tentang sekolah asramanya. Jangan buat jarak komunikasi meskipun Anda terpaut jarak lokasi.

"Komunikasi antara anak dan orangtuanya sudah baik, sudah bagus, baru boleh ke pesantren," katanya.

2. Gali informasi mendalam tentang sekolahnya

Hubungi alumni atau senior yang bersekolah di lembaga pendidikan yang jadi tujuan Anda dan anak Anda. Ingat, menggali informasi bukan hanya dari sekolah, tapi juga dari pengalaman orang lain.

"Kalau ada kenalan, ajak bicara, gali semua hal. Mulai dari senior, para guru dan orang-orang yang terlibat di sekolah tersebut.

3. Simpan kontak orang dari asrama

Di pesantren atau asrama lazimnya memang tidur ditemani satu orang dewasa untuk menemani mereka. Minta kontaknya, hubungi orang tersebut secara berkala untuk mengetahui kondisi anak dan pesantrennya.

(tst/chs)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat