yoldash.net

Pemulihan Trauma Anak Korban Bullying, Perlu Dukungan Orang Sekitar

Bullying bisa meninggalkan trauma mendalam dan mempengaruhi korban hingga dewasa. Bagaimana pemulihan trauma bagi anak korban bullying?
Ilustrasi. Pemulihan trauma anak korban bullying membutuhkan dukungan orang dewasa di sekitar mereka. (iStockphoto)

Jakarta, Indonesia --

Bullying bisa meninggalkan trauma mendalam dan mempengaruhi korban sejak usia anak hingga dewasa. Pemulihan sangat diperlukan dan yang tidak kalah penting adalah dukungan dari orang dewasa di sekitar korban.

Psikolog klinis anak dan remaja Monica Sulistiawati kerap ditanya orang tua ketika membawa anak mereka untuk berkonsultasi dan terapi.

"Orang tua tanya 'Butuh waktu berapa lama [terapinya agar pulih]?'. Kami para psikolog tidak bisa memastikan karena hal ini subjektif," kata Monica saat berbincang dengan Indonesia.com pada Selasa (14/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Korban diliputi situasi tidak berdaya, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berharga, tidak mampu membela diri.
Dalam situasi seperti ini, korban perlu didengarkan, mengembalikan rasa keberhargaan diri, dan diyakinkan bahwa apa yang terjadi bukan kesalahan dia.

Di sisi lain, psikolog klinis anak dan remaja Nisfie Hoesein mengibaratkan korban bully seperti terpenjara dan tidak bisa keluar. Kalau pun ada pintu keluar, korban tidak mau membukanya sebab ada kecemasan ada bully lanjutan.

"Korban perlu dibantu untuk membuka pintu pelan-pelan. Tampilkan bahwa orang-orang di sekitar dia itu siap menolong. Bantuan profesional, orang terdekat, peran-peran support system bisa meyakinkan dia bahwa dia baik-baik saja," ungkap Nisfie dalam wawancara terpisah.

Ketika ditangani tenaga profesional, korban biasanya akan diberikan beragam terapi menyesuaikan kondisi dan usia. Ada yang disebut terapi bermain, terapi seni, musik, dan cognitive behavioral therapy (CBT).

Kemudian yang tak kalah penting adalah dukungan lingkungan termasuk keluarga, teman juga sahabat korban. Apa saja bentuk dukungannya?

1. Menjauhkan korban dari stressor

Bullying kerap terjadi di sekolah. Orang tua bisa bekerja sama dengan sekolah agar sebisa mungkin anak tidak sekelas dengan pelaku.

"Saya pernah kerjasama dengan sekolah. Korban cuti, dia homeschooling selama 2 minggu sampai sebulan, lalu evaluasi apa siap kembali ke sekolah atau belum," kata Monica.

2. Yakinkan anak bahwa dirinya dicintai

Ilustrasi Sayang IbuIlustrasi. Salah satu bentuk dukungan sebagai upaya pemulihan trauma anak korban bullying adalah meyakinkan anak bahwa dirinya dicintai. (AdinaVoicu/Pixabay)

Sebisa mungkin orang tua memberikan kasih sayang, perhatian, empati, dan menumbuhkan rasa percaya diri anak cukup ekstra. Monica mengatakan anak sangat perlu 'injeksi' bahwa dirinya berharga, dicintai, orang tua peduli padanya.

3. Saudara, teman, dan sahabat ajak korban aktivitas bersama

Dukungan dari saudara, kakak atau adik, teman, bisa dengan mengajak korban beraktivitas bersama.

Menurut Monica, aktivitas bersama ini akan menimbulkan rasa nyaman dan korban tidak merasa sendirian sebab ada orang-orang di sekitar kita. Hal ini bisa mempercepat proses pemulihan.

"Apa aja? Dengan kita di samping dia, ngobrol, main gim bareng, makan siang bareng, itu pun sudah memberikan support. Sekecil apa pun dengan hadir bersama dia, enggak perlu bertanya-tanya, misal, sudah lebih baik belum, penyebab bully. Makin ditanya malah makin enggak bisa move on," jelasnya.



(els/pua)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat