Perilaku Kekerasan oleh Anak di Sekolah, Kenapa Bisa Terjadi?

Siswa SD di Menganti, Gresik, Jawa Timur harus kehilangan penglihatan setelah matanya ditusuk oleh kakak kelasnya. Perlakuan itu diterimanya akibat menolak memberikan uang jajan yang diminta oleh kakak kelasnya.
Perilaku kakak kelas yang mencolok mata adik kelasnya itu jelas tak bisa dibenarkan. Apalagi, alasan di baliknya hanya karena korban menolak memberinya uang jajan.
Psikolog pendidikan anak di Kancilku, Bernadette Cindy Leo mengatakan, perilaku tersebut termasuk dalam tindakan kekerasan. Perilaku ini juga termasuk fatal karena membuat korban sampai kehilangan penglihatannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, bukan berarti tindakan tersebut bisa dianggap sebagai premanisme. Pasalnya, bisa jadi ada faktor-faktor tertentu yang membuat anak tersebut melakukan tindakan kekerasan.
"Anak memunculkan perilaku tertentu bisa karena berbagai faktor, salah satunya adalah faktor belajar dari lingkungan, meniru, modeling," kata Bernadette saat dihubungi Indonesia.com, Selasa (19/9).
Anak-anak ini mempelajari dan menyerap apa yang dilihat. Bisa dari lingkungan sekolah, pertemanan, tempat tinggal, keluarga, media sosial, bahkan tontonan dan film-film televisi.
Oleh karena itu, sangat penting memantau tontonan dan lingkungan tempat anak-anak ini bermain. Pasalnya, tanpa pengawasan, anak-anak bisa saja meniru hal-hal buruk yang dilihatnya.
Dalam kesempatan itu, Bernadette juga menyarankan agar orang dewasa, baik orang tua atau guru di lingkungan sekolah hingga ahli seperti psikolog harus membuka komunikasi dengan pelaku. Komunikasi ini perlu untuk mencari tahu penyebab perilaku tersebut pada anak.
"Memahami kondisi anak, kemudian memberitahu anak dampak dari perilaku tersebut, serta memberitahu anak sikap yang seharusnya dilakukan," kata dia.
Selain melakukan komunikasi, pelaku juga perlu mendapat konsekuensi atau hukuman yang tepat. Hal ini dilakukan agar tindakan tersebut tidak terulang kembali.
"Anak perlu mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada korban. Selain itu perlu ditambahkan tindakan nyata, misalnya selama 3 bulan anak yang menjadi pelaku harus menemani dan membantu anak yang menjadi korban," katanya.
(tst/asr)[Gambas:Video CNN]