yoldash.net

Pro dan Kontra Usulan Pemasangan Chatra di Candi Borobudur

Menag Yaqut Cholil usul pemasangan chatra di Candi Borobudur, dapat dukungan Menparekraf Sandiaga Uno, tapi tidak disetujui arkeolog.
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. (AFP/DEVI RAHMAN)

Jakarta, Indonesia --

Usulan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Quomas untuk memasang kembali chatra di puncak stupa Candi Borobudur memicu pro dan kontra. Arkeolog tidak setuju dengan ide pemasangan chatra di Candi Borobudur, karena keasliannya yang diragukan.

Menag mengungkapkan, chatra adalah semacam penutup yang berada di stupa paling atas Candi Borobudur. Bentuk chatra seperti payung, di mana sekarang belum dipasang di Candi Borobudur, karena masih tersimpan di Museum Karmawibhangga Taman Wisata Candi Borobudur.

"Nah, kalau Chatra itu dipasang maka Borobudur ini akan menjadi semakin agung dan lengkap," kata Menag Yaqut, seperti dilansir Detik, Senin (24/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senada dengan Yaqut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, optimistis pemasangan chatra bisa menggaet kedatangan turis dan Candi Borobudur menjadi magnet wisata religi, khusunya bagi umat Budhha di dunia.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Sandiaga menyebut, memasang chatra di Candi Borobudur bisa menggerakkan ekonomi industri pariwisata yang diprediksi mencapai triliunan rupiah. Terlebih Candi Borobudur merupakan destinasi super prioritas (DSP).

"Kalau wisata spiritual ini dikembangkan, maka ada potensi kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 2 juta. Dari total 2 juta wisatawan mancanegara untuk spiritual, ini harus dibuat beberapa tambahan fasilitas mereka beribadah," jelas Sandiaga dalam konferensi pers di Kemenparekraf, Senin (24/7).

Namun, karena Candi Borobudur adalah situs yang dilindungi UNESCO, pemasangan chatra perlu berkoordinasi dengan berbagai pihak dan tidak bisa dilakukan sembarangan.

"Karena ini situs UNESCO secara heritage, tentu dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait termasuk UNESCO karena kita menjaga aspek konservasinya," ujar Sandi.

"Juga ada peluang untuk menghadirkan dampak ekonomi sekitar USD 2 milliar atau Rp 30 triliun, karena 2 juta wisatawan mancanegara ini adalah wisatawan yang berkualitas," tambahnya.

Nominal itu diperhitungkan dengan anggapan jumlah perputaran uang yang tinggi terhadap ekonomi lokal dan prediksi turis menghabiskan waktu 4-7 hari di sekitar Borobudur.

Sementara itu, Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Marsis Sutopo menyatakan, usulan pemasangan chatra di Borobudur pernah disampaikan pada 2008. Ketika itu, berdasarkan hasil seminar dan diskusi melibatkan arkeolog senior dan ahli pemugaran, disimpulkan chatra tidak layak dipasang.

"Dulu sekitar tahun 2008/2009 pernah ada permintaan (pemasangan). Setelah melalui kajian dan diskusi para ahli disimpulkan chatra tidak layak dipasang kembali karena diragukan keasliannya," kata Marsis, seperti dikutip dari Detik, Senin (24/7).

Marsis menambahkan, sebenarnya tidak diketahui dengan pasti bagaimana bentuk chatra stupa induk Candi Borobudur.

"Pemugaran Van Erp 1907-1911 pernah memasang rekonstruksi chatra dengan sebagian batu-batu baru, tapi dicopot/dilepas kembali. Sehingga bentuk akhir dari stupa induk seperti yang kita lihat sekarang ini," terang Marsis, yang pernah menjabat Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB).

(wiw/wiw)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat