yoldash.net

Seru, Konsep Baru Liburan Sambil Berbuat Baik

Bukan cuma sekadar healing dan isi tanggal merah, kini makna liburan menjadi sebuah konsep atau cara berbagi untuk lingkungan dan komunitas.
Bukan cuma sekadar healing dan isi tanggal merah, kini makna liburan menjadi konsep atau cara berbagi untuk lingkungan dan komunitas. (Istockphoto/Getty Images/Drazen)

Jakarta, Indonesia --

Jika dulu kunci utama liburan adalah untuk bersenang-senang dan mengisi tanggal merah, kini semuanya sudah berubah arah. Liburan kini sudah berubah menjadi sebuah upaya untuk self healing untuk menenangkan hati.

Tak cuma itu, kini traveling sudah tak lagi jadi sekadar pelepas lelah tapi juga cara untuk berbagi pada sesama. Istilah travel yang bertanggung jawab dan baik pun mencuat.

Konsep liburan ini mengusung konsep berbagi dan memberikan sebuah pengalaman lebih untuk mengisi kekosongan hati yang galau. Tak cuma itu, tren liburan seperti ini juga disebut-sebut berbagi kebaikan untuk sekitar, baik warga lokal maupun lingkungan, khususnya bagi mereka yang kurang beruntung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konsep liburan ini terlihat berkembang khususnya di sasa-masa setelah pandemi. Kekalutan dan kemalangan yang menimpa banyak orang membuat jiwa sosial manusia tergerak untuk saling membantu. Beruntung, mungkin itu sebutan banyak orang bagi mereka yang masih punya rezeki untuk liburan, namun mengapa tak sekaligus berbagi?

Ada banyak cara untuk berbagi saat liburan. Tentunya bukan dengan memberi cuma-cuma kepada peminta-minta di jalan, tapi dengan sebuah upaya yang lebih mendalam. Sebut saja membeli makanan dari pengusaha warung lokal, membeli oleh-oleh dari UMKM, dan lainnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, sebuah konsep yang lebih terencana juga bisa dilakukan, misalnya dengan mengunjungi orang berkebutuhan khusus sampai organisasi nirlaba yang berfokus untuk membantu orang tak mampu.

SLB Negeri 1 Badung di Bali adalah salah satu sekolah luar biasa yang kerap mendapat kunjungan dari pada turis yang bertandang ke Bali untuk melakukan trip Good Travel with Marriott Bonvoy dari The Westin Hotel Nusa Dua, Bali.

"Sekolah kami cukup beruntung karena banyak donatur dan turis yang mensupport anak-anak kami dengan saling berbagi," kata Ni Nyoman Suwastarini, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Badung beberapa waktu lalu.

good travelFoto: Arsip Pribadi
good travel

Jangan melulu berpikir konsep liburan ini akan selalu berujung pada donasi alias memberikan uang sumbangan. Tak melulu seperti itu. Dewi Anggraini, Direktur of Marketing Communication The Westin Hotel Nusa Dua, Bali mengungkapkan bahwa para turis menyukai konsep liburan sambil berbagi ini.

"Ternyata tidak disangka memang konsep liburan seperti ini banyak yang suka, tapi khususnya turis luar negeri. Saat ditawarkan paket program ini mereka tertarik sebagai bagian dari community enggagement untuk mendukung komunitas lokal melalui budaya pendidikan atau kesukarelaan." 

Hotel ini memiliki berbagai konsep berbagi dalam program Good Travel with Marriot Bonvoy. SLB Negeri 1 Badung ini juga termasuk jadi langganan program tersebut. Beberapa program bahkan sudah berbuah manis misalnya ruang komputer sampai ruang musik yang dipakai untuk aktivitas anak-anak di SLB.

"Ada setidaknya 200 anak di sini, dan kami bukan cuma butuh donasi tapi juga senang sekali bila ada yang support dengan mengunjungi anak-anak di sini, memberi semangat, mendukung mereka bahwa mereka juga manusia yang sama seperti orang lainnya," kata Suwastarini.

Tak dimungkiri, meskipun mereka memiliki kekurangan tapi tak bisa dimungkiri bahwa anak-anak tersebut juga memiliki kelebihan. Siang itu, mereka menyambut para tamu yang hadir dengan tari Bali yang indah. Dengan make up dan busana adat yang lengkap, mereka dengan kompak menarikan tari Bali yang khas dengan lirikannya. Tak ada yang 'miss' satu pun dalam langkahnya, padahal mereka adalah siswa tuna rungu dan tak bisa mendengar bunyi musik pengiring.

Sebuah sesi heart to heart to dilakukan dalam kunjungan. Dengan polos dan penuh semangat mereka berebut untuk menceritakan impian dan cita-cita mereka selepas lulus kuliah. Namun mereka juga punya kekhawatiran terbesar.

"Anak-anak khawatir kalau mereka nanti tidak bisa bekerja karena kekurangan mereka ini, karena dianggap berbeda dari orang lain. Sharing pengalaman dan semangat inilah yang juga diperlukan untuk anak-anak itu," ucap Dewi.

Makanan untuk berbagi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat