yoldash.net

'Ugly Sweater' Natal: Yang Dicaci Namun Dinanti

Ugly sweater atau sweater buruk rupa mendadak populer saat Natal. Meski 'jadul' namun kehadirannya tetap dinanti. Bagaimana sejarahnya?
ilustrasi sweater christmas (Dok. Akun Instagram @tipsyelves)

Jakarta, Indonesia -- Natal yang berlangsung saat musim dingin juga identik dengan sweater. Selama beberapa dekade terakhir sweater dengan tema Natal ini dianggap sebagai gaya busana yang kuno, jelek, norak, dan buruk rupa. Istilah ugly christmas sweater pun melekat.

Sweater ini biasanya berbahan wol dengan nuansa warna merah, putih, dan hijau. Di sweater itu juga terdapat motif yang identik dengan Natal seperti Santa Claus, boneka salju alias snowman, atau rusa. Beberapa juga melengkapinya dengan tambahan lonceng 3 dimensi.

Ugly sweater bertema Natal ini mulai muncul pada tahun 1950-an. Awalnya disebut sebagai Jingle Bell Sweaters yang populer dikenakan dalam beberapa tokoh di TV.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baru pada 1980-an sweater ini jadi gaya fesyen yang dikenakan banyak orang. Pergeseran ini terjadi karena budaya pop dan komedi dalam karakter di National Lampoon's Christmas Vacation. Tokoh itu membuat sweater menjadi ekspresi keceriaan.

Meski, sweater itu tak dianggap keren, tapi kerap digunakan selama perayaan Natal. Namun, popularitas sweater Natal tak berlangsung lama.

Dikutip dari CNN, pada 1990-an sweater Natal mulai memudar. Sweater ini identik dengan orang tua yang tidak modis. Saat memasuki abad ke-21 sweater Natal dianggap semakin ketinggalan zaman.

Kendati demikian, sweater Natal itu tetap saja ada dan menjadi pilihan saat Natal dan musim liburan. Bahkan beberapa kalangan sengaja membuat pesta berpakaian sweater, termasuk di Indonesia.

Sekalipun Indonesia hanya punya dua musim, dan Natal di bulan Desember diwarnai dengan turunnya hujan air, bukan salju, namun ugly sweater kerap jadi dress code di kalangan milenial untuk perayaan Natal.

Selama beberapa dekade berikutnya, sweater rajut itu dianggap sebagai sebuah tradisi yang dikenakan saat musim liburan. Produsen besar seperti Top Shop juga memasukkan sweater itu dalam koleksi mereka. Stella McCartney, Givenchy, dan Dolce & Gabbana juga banyak yang terinspirasi dari ugly sweater itu. Tak jarang juga ada yang melakukan banyak cara untuk membuatnya jadi tren, termasuk dengan menambahkan kristal swarovski di atas sweater rajut tersebut.

Tahun 2012 dianggap sebagai titik balik sweater Natal. Sebuah badan amal di Inggris mendorong orang-orang untuk mengenakan sweater terbaik mereka saat Natal. Selebriti seperti Taylor Swift, Kanye West juga mengikuti tren itu. 

Saat ini, media sosial berperan besar dalam perkembangan sweater Natal yang dianggap buruk rupa itu. Banyak orang berlomba memamerkan sweater terbaik mereka lewat media sosial. Mungkinkah ugly sweater berubah menjadi sweetest sweater mereka di Natal tahun ini? Bisa jadi. (ptj/chs)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat