yoldash.net

Mencicipi Hidangan Laut di Manado

Ikan laut di Manado terkenal jauh lebih segar, namun persoalan mikroplastik menjadi momok bagi para penggemar hidangan laut.
eorang pekerja menata ikan Cakalang Fufu sebelum diasap di Kampung Wowo, Bitung, Sulawesi Utara. (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar)

Manado, Indonesia -- Ada dua hal yang selalu melintas dalam benak saya saat terlintas ke Manado, pertama adalah minuman fermentasi alkohol Cap Tikus, kedua adalah Ikan Cakalang Fufu.

Untuk kasus yang kedua, saya rasa para pecinta hidangan laut setuju jika Ikan Cakalang Fufu merupakan salah satu maha karya kota Manado dalam aspek kuliner.

Sore itu merupakan hari terakhir saya di Manado, dan karena tak ingin membuatnya percuma maka saya memesan beberapa menu hidangan laut sebagai wujud ucapan perpisahan. Tentu selain Ikan Cakalang Fufu, ada menu lain yang turut saya sertakan dalam lambung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ikan Cakalang Fufu adalah hidangan ikan cakalang olahan yang dibumbui, diasap, dan dijepit dengan kerangka bambu.

Hidangan ini tergolong sangat umum bagi penduduk pesisir Minahasa, khususnya Manado. Bahkan di pinggir jalan kota kawasan Boulevard Manado banyak yang menjual.

Sepintas ikan ini menyerupai ikan tongkol, namun warnanya jauh lebih cerah dan dagingnya jauh lebih nikmat.

Mencicipi Hidangan Laut di Manado Ikan goreng saus padang. (Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Ikan Cakalang bisa diolah menjadi berbagai menu, namun cakalang fufu adalah yang paling laris di sini. 

Sementara rekomendasi menu andalan lain yang wajib dicoba ketika di Manado adalah Ikan Roa. Meski tidak sepopuler Ikan Cakalang Fufu, namun jika bicara sambal maka Ikan Roa juaranya.

Kebetulan di tempat saya makan sedang ada Walikota Manado, Vicky Lumentut, beruntungnya beliau berkenan untuk 'diusik' sesi makan siangnya untuk meladeni beberapa pertanyaan terkait hidangan laut.

Vicky menuturkan dirinya sangat menggemari hidangan laut, dan sore itu ia memilih menu ikan tuna sebagai menu makan siang yang terlambat.

"Mungkin bedanya ikan di Manado dan di tempat lainnya, rasanya yang segar karena lautnya masih cukup terjaga," ujar Vicky kepada Indonesia.com.

"Selain itu di sini (Manado) semua-semuanya harus pakai sambal. Kalau belum makan pakai (sambal) rica-rica, maka belum lengkap."



Saat disinggung soal kandungan mikro plastik dalam tubuh ikan laut, Vicky pun menyadari jika hal ini menjadi momok bagi sebagian penduduk dunia.

Untuk itu ia melakukan upaya meminimalisir mengalirnya sampah ke laut. Lima sungai yang melintasi kota Manado, ia melanjutkan, sudah diberikan alat untuk menjaring sampah plastik agar tidak mengalir ke laut. 

Namun ia mengaku jika masih ada saja sampah plastik yang terbawa ke laut, atau ada juga manusia tak bertanggung jawab yang sengaja membuangnya. 

"Untuk diri saya sendiri, saya sudah cukup lama menggunakan botol minum yang bisa diisi ulang. Hal ini juga sudah mulai saya terapkan di kantor, namun ternyata cukup sulit untuk 'menularkan' orang lain agar membawa botol minum," ujarnya.

(agr/ard)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat