yoldash.net

Penyakit 'Multiple Sclerosis', Ganggu Ingatan di Usia Muda

Penyakit autoimun yang menyerang saraf otak, Multiple Sclerosis bisa saja dialami oleh mereka yang berusia 20-an tahun. Apa saja gejalanya?
Penyakit autoimun yang menyerang saraf otak, Multiple Sclerosis bisa saja dialami oleh mereka yang berusia 20-an tahun. Apa saja gejalanya? (Foto: lannyboy89/Pixabay)

Jakarta, Indonesia -- Bicara soal penyakit autoimun, publik kerap menghubungkannya dengan AIDS. Padahal, penyakit autoimun tak hanya AIDS.

Multiple Sclerosis (MS) misalnya, juga merupakan salah satu penyakit autoimun. Sayangnya, masih banyak yang tak mengetahuinya secara mendalam. Dari data yang masuk ke Indonesia Foundation of Multiple Sclerosis, ada sekitar 80 penyandang MS di Indonesia. 

Namun, Kanya Puspokusumo, pendiri Indonesia Foundation of Multiple Sclerosis meyakini masih ada banyak penyandang yang belum terdata. Rata-rata mereka berusia 20 - 50 tahun.

Meski masih jarang ditemui, Kanya mengatakan kesadaran orang akan penyakit MS jauh lebih baik daripada dulu. Kanya yang juga seorang penyandang MS mengakui, dulu orang selalu mengaitkan penyakit autoimun dengan AIDS. Ia pun sempat mendapat pandangan negatif dari orang di sekitar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Saya terdiagnosis MS 16 tahun yang lalu. Sekarang kemajuannya banyak, kalau penyakit autoimun, orang mikirnya oh mirip lupus, dan ini jauh lebih mendingan. Dulu pas saya bilang penyakit autoimun, orang mikir itu AIDS. Orang mikir saya gonta ganti pasangan," katanya, saat bincang-bincang mengenai MS di Jakarta Convention Centre, Jakarta, pada Jumat (20/10).

Menurutnya, dengan kemudahan akses informasi, kini pengetahuan orang akan penyakit autoimun semakin baik. Lewat yayasan yang ia dirikan, ia ingin orang lebih teredukasi tentang MS.

Sementara, Riwanti Estiasari, dokter spesialis saraf RSCM menuturkan MS adalah penyakit autoimun disebabkan sel imun menyerang organ-organ tubuh sendiri.

ADVERTISEMENT

"Harusnya kalau ada kuman masuk akan dibunuh sel darah putih. Yang terjadi pada penyandang MS, sel putih terlalu aktif dan menyerang sel-sel saraf dan merusak tubuh kita sendiri," katanya dalam kesempatan yang sama.

Pada penyandang MS, sel darah putih akan menyerang otak, saraf sumsum tulang belakang dan myelin atau pembungkus saraf. Efeknya, hantaran listrik tidak lancar karena myelin rusak. Kerusakan ini misalnya ingin mengambil sesuatu dengan cepat, tapi tiba-tiba melemah atau melambat. Gerakan yang halus mendadak menjadi kasar. 


"Jika yang diserang otak, orang bisa lupa atau terjadi gangguan memori," ucap dokter sekaligus Sekretaris Indonesia Foundation of Multiple Sclerosis ini.

Gejala lainnya antara lain sulit berjalan atau lumpuh, kram otot, kesemutan, gangguan penglihatan dan bermasalah dengan koordinasi dan keseimbangan. Riwanti belum bisa memastikan penyebab kemunculan penyakit MS, tapi dugaan sementara adalah terkait kerja hormonal dan kondisi geografis wilayah.

"Kalau di Asia memang jarang. Negara empat musim cenderung lebih banyak," tambahnya.

Riwanti berkata jarak serangan atau gejala bisa tahunan. Bahkan pasien bisa lupa jika dirinya pernah mengalami gejala MS. Memasuki usia 20-an, serangan atau gejala akan semakin sering dirasakan dan semakin berat.


Riwanti menuturkan, penyakit MS tidak bisa disembuhkan. Pengobatan hanya bertujuan untuk meringankan gejala saat kambuh. Pencegahan MS tak bisa spesifik seperti penyakit lain. Ia mengatakan cara pencegahan bisa dengan menjauhi faktor risiko MS.

"Faktor risiko ini salah satunya kekurangan vitamin D. Rata-rata pada pasien MS, mereka kekurangan vitamin D. Tapi bukan berarti mereka yang kekurangan vitamin D berisiko terkena MS. Selain itu juga rokok," ucapnya.
(rah/rah)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat