yoldash.net

Dari Tangan Dingin Desainer Sampah Jadi Modis

Adalah Lenny Agustin, Carla Handayani, dan XS Project & Impact+ yang berinisiatif memanfaatkan sampah jadi barang-barang fesyen.
Produk dari sampah harus disebarkan dengan cara yang cerdas, misalnya dengan bantuan para desainer. (Getty Images/ Boarding1Now)

Jakarta, Indonesia -- Di tangan desainer kreatif, sampah bisa disulap jadi aksesori yang penuh gaya. Tutup botol plastik yang biasanya menumpuk di tong sampah dapat berpindah ke leher sebagai kalung dengan tampilan trendi.

Adalah Lenny Agustin, Carla Handayani, dan XS Project & Impact+ yang berinisiatif memanfaatkan sampah jadi barang-barang fesyen. Para desainer ini mengaku tertantang untuk dapat menciptakan koleksi yang bahan-bahannya berasal dari sampah.

Carla misalnya, mendaur ulang sendok, garpu, dan gelas plastik jadi kalung yang berbentuk bunga dengan padanan warna putih dan biru. Sedotan dia bentuk sedemikian rupa hingga menyerupai kelopak bunga. Dengan paduan warna putih dan gradasi putih, rancangannya memunculkan kesan lautan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, Lenny berkreasi dengan tutup botol yang dicat warna-warni. Dia merangkakan tutup botol tersebut hingga membentuk untaian kalung indah. Desainer ini sebelumnya pernah berkreasi dengan sumbu kompor dan kabel telepon dalam koleksinya.

"Saya ingin membuat karya yang bisa dilihat langsung oleh masyarakat bahwa ini dari sampah. Selain itu, saya juga ingin mereka bisa buat sendiri aksesori dari sampah di mana mereka tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun," kata Lenny saat konferensi pers sebelum pergelaran busana di Jakarta Fashion Week 2015, Senayan City, Jakarta Selatan, Jumat (7/11).

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, XS Project & Impact+ mengkreasikan sampah menjadi tas tangan yang tak lekang waktu. Tas tangan tersebut dibuat dari poster yang sudah tidak terpakai. Poster tersebut ternyata bisa disulap jadi tas tangan hitam dengan semburat keemasan.

Pengerjaan koleksi dari sampah ini membuat mereka lebih peduli terhadap sampah di sekitar. Mereka mulai mencari ide dengan mengamati sampah di lingkungannya. "Saya jadi merasakan susahnya memilah sampah," kata Carla yang mengaku mengerjakan koleksi ini dengan waktu kurang dari sebulan.

Sementara itu, Direktur Waste4Change M. Bijaksana Junerosano mengatakan sampah merupakan masalah yang sangat serius di Jakarta tetapi sering kali terlupakan. "Banyak kegiatan besar di Jakarta, tetapi mereka tidak memikirkan sampah yang dihasilkan sesudahnya," kata lelaki yang akrab disapa Sano itu.

Lebih jauh, Sano mengatakan sampah yang dihasilkan orang Jakarta selama dua hari bisa mencapai luas Candi Borobudur. "Saya memperkirakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan ini (JFW 2015) bisa mencapai 30 ton selama tujuh hari," ujarnya.

Dia menambahkan, "Sampah dari JFW 2015 akan kami olah ke Rumah Pemulihan Materi Sampah. Yang pasti, dari kegiatan ini setiap harinya kami angkut sampah yang banyaknya mencapai dua mobil pick-up."

Sano berpendapat produk dari sampah harus disebarkan dengan cara yang cerdas, misalnya dengan bantuan para desainer. "Sudah banyak ibu PKK yang membuat kerajinan tangan dari sampah tetapi tidak banyak dilirik. Dengan adanya para desainer, sampah bisa terlihat lebih bernilai secara ekonomis," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat