yoldash.net

X Diprediksi Makin 'Buntung' Usai Elon Musk Ngomel Ditinggal Pengiklan

Platform X, dulunya Twitter, menghadapi kemungkinan ditinggal lebih banyak pengiklan usai Elon Musk marah-marah.
Platform X, dulunya Twitter, menghadapi kemungkinan ditinggal lebih banyak pengiklan usai Elon Musk marah-marah. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, Indonesia --

Platform media sosial X, dulunya Twitter, menghadapi kemungkinan ditinggal lebih banyak pengiklan usai Elon Musk marah-marah.

Pemilik X itu ngamuk setelah perusahaan besar ramai-ramai menarik iklan karena menilai Musk mendukung gerakan antisemit.

Walt Disney, Warner Bros, Discovery dan beberapa merek raksasa lainnya memilih menangguhkan iklan di X awal November ini menyusul 'dukungan' Musk terhadap postingan antisemit di tengah agresi Israel ke Gaza, Palestina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami percaya ada risiko bahwa lebih banyak perusahaan akan berhenti beriklan di X, setidaknya dalam jangka pendek," ujar analis Davidson & Co, Tom Forte, dikutip Reuters, Jumat (1/12).

Musk sempat meminta maaf terkait postingan tersebut, tetapi ia juga mengecam para pengiklan yang cabut dari X. Sikap inilah yang diprediksi pakar periklanan menyebabkan lebih banyak perusahaan yang meninggalkan X.

"Perusahaan perlu melindungi merek tempat mereka bekerja," kata pendiri konsultan pemasaran AJL Advisory Lou Paskalis.

Dalam memo internal X yang diterima Reuters, Kepala Eksekutif X Linda Yaccarino mengatakan wawancara Musk itu jujur dan menarik sehingga mendorong para karyawan untuk menontonnya.

Yaccarino menegaskan kembali bahwa misi X adalah menjadi platform terbuka tanpa sensor.

"Prinsip-prinsip kami tidak bisa dibeli dengan harga berapapun, dan tidak akan pernah bisa dikompromikan," begitu isi memo manajemen kepada karyawan.

Namun, Musk juga mengakui aksi boikot berkepanjangan oleh pengiklan dapat membuat X bangkrut. Meski begitu, ia percaya masyarakat bakalan menyalahkan para pengiklan kalau itu terjadi, bukan dirinya.

Pernyataan Musk dibantah analis. Jasmine Enberg dari Insider Intelligence mengatakan jika ada yang 'membunuh' X, itu adalah Elon Musk, bukan pengiklan.

"Jika X runtuh, hasil kajian akan mengungkap serangkaian keputusan kebijakan platform, PHK karyawan, cuitan, dan komentar antagonis Musk lah yang telah menghilangkan sumber pendapatan utama X," kata Enberg.

X berisiko tidak hanya kehilangan pengiklan korporat, tapi juga uang dari kandidat politik.

AdImpact memproyeksi belanja iklan politik AS pada Pilpres 2024 mencapai US$10,2 miliar atau sekitar Rp155 triliun (asumsi kurs Rp15.489 per dolar AS)

Mike Nellis, CEO Authentic, sebuah agen pemasaran digital yang menjadi konsultan Partai Demokrat berencana untuk berbicara dengan semua kliennya tentang apakah akan membelanjakan uang mereka di X atau tidak.

X menuai kecaman karena dituding lemah dalam memoderasi konten yang dinilai mengecam serangan brutal Israel ke Gaza, Palestina. Pengiklan yang tidak ingin konten berbayar mereka muncul di samping konten 'bermasalah'.

Belanja iklan di X pada Oktober ini anjlok 64 persen di Amerika Serikat, dibandingkan dengan periode pada 2022.

Tak cuma ditinggal pengiklan, pengguna X juga minggat. Pengguna aktif di AS juga menurun sekitar 19 persen sejak Musk mengakuisisi media sosial ini tahun lalu.

[Gambas:Video CNN]

(pta/pta)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat