yoldash.net

'Ceraikan' Dolar, Perdagangan RI-Jepang Justru Naik 10 Kali

Nilai perdagangan RI-Jepang justru naik 10 kali lipat usai kedua negara tak lagi memakai dolar AS untuk bertransaksi.
Nilai perdagangan RI-Jepang justru naik 10 kali lipat usai kedua negara tak lagi memakai dolar AS untuk bertransaksi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).

Jakarta, Indonesia --

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengklaim transaksi perdagangan antara Indonesia dengan Jepang naik hampir 10 kali lipat sejak kedua negara menyepakati kebijakan penggunaan mata uang lokal (local currency settlement/LCS) dan tidak lagi menggunakan dolar AS. Kebijakan itu diimplementasikan sejak 2020.

"Khusus dengan Jepang, ada pergerakan yang tinggi, meningkat hampir lebih dari 10 kali kenaikan transaksinya," ucap Hariyadi di acara Sosialisasi Local Currency Settlement secara virtual, Jumat (17/9).

Kendati begitu, ia tidak menyebut berapa peningkatan nilai perdagangan Indonesia dan Jepang. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan antara Indonesia dan Jepang memang meningkat dalam setahun terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tercatat, nilai ekspor non-migas dari Indonesia ke Jepang mencapai US$10,46 miliar pada Januari-Agustus 2021. Nilainya meningkat 25,8 persen dari US$8,32 miliar pada Januari-Agustus 2020.

Sementara impor non-migas dari Jepang ke Indonesia mencapai US$9,01 miliar pada Januari-Agustus 2021. Secara tahunan, realisasinya naik 136,56 persen dari US$7,31 miliar pada Januari-Agustus 2020.

Lebih lanjut, Hariyadi berharap kerja sama perdagangan antara Indonesia dan beberapa negara mitra dagang yang sudah tidak menggunakan dolar AS lagi, bisa meningkat lebih tinggi. Khususnya, dengan China yang baru saja memulai implementasi penggunaan mata uang lokal dengan Indonesia pada tahun ini.

"Mudah-mudahan dengan China juga demikian (meningkat seperti dengan Jepang), sehingga risiko (dari pergerakan nilai tukar mata uang), kita bisa lebih bervariasi. Kita harus punya mata uang alternatif untuk mendukung ekspor impor kita," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

Senada, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid juga berharap penggunaan mata uang lokal alias tidak lagi menggunakan dolar AS bisa mendongkrak nilai perdagangan dunia usaha nasional dari mitranya di Malaysia, Thailand, Jepang, dan China yang kini sudah menyepakati kebijakan ini.

Khususnya dengan China karena negeri tirai bambu itu memegang porsi terbesar dari total ekspor dan impor Indonesia dengan negara tersebut. Namun selama ini transaksi perdagangan dengan China justru menggunakan dolar AS.

Sedangkan total ekspor dan impor Indonesia dengan Amerika Serikat justru jauh lebih kecil daripada dengan China. Pada Januari-Agustus 2021 misalnya, nilai ekspor non-migas Indonesia dengan China mencapai US$34,66 miliar.

Realisasi ekspor ini membuat China menempati negara pertama dengan pangsa pasar ekspor mencapai 32,25 persen dari total ekspor Indonesia ke berbagai negara di dunia. Sementara nilai ekspor non-migas Indonesia-AS hanya US$5,62 miliar atau 5,23 persen dari total ekspor.

"Kita menggunakan dolar AS sampai 100 persen (ke berbagai negara) walau hanya 5-10 persen dalam konteks ekspor perdagangan kita yang berhubungan dengan AS. Jadi lebih banyak Indonesia lakukan perdagangan dengan China dan Jepang," ungkap Arsjad pada kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, Arsjad juga berharap penggunaan mata uang lokal ini juga bisa meningkatkan daya saing produk dan industri di Indonesia. Tak ketinggalan juga mengurangi risiko akibat pergerakan nilai tukar mata uang terhadap pasar keuangan maupun ekonomi tanah air.

Sebagai informasi, Indonesia telah menerapkan penggunaan mata uang lokal dengan Malaysia dan Thailand sejak 2018. Lalu diteruskan dengan Jepang pada 2020 dan China pada 2021.

(agt/agt)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat