yoldash.net

Matahari Rugi Rp900 Miliar Tahun Lalu

Matahari Dept Store mencatat rugi Rp900 miliar pada tahun lalu, berbanding terbalik jika dibandingkan 2019 yang untung Rp1,4 triliun.
Matahari mencatatkan kerugian bersih Rp900 miliar pada 2020 kemarin. Itu berbanding terbalik jika dibanding 2019 yang untung Rp1,4 triliun. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).

Jakarta, Indonesia --

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatatkan rugi Rp900 miliar sepanjang tahun lalu. Capaian itu berbanding terbalik dengan 2019 yang justru masih berhasil mengantongi laba Rp1,4 triliun.

Chief Financial Officer Matahari Niraj Jain mengatakan rugi terjadi karena sepanjang tahun lalu perseroan beroperasi di lingkungan dengan tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi.

Perusahaan mencatat penjualan kotor sebesar Rp8,6 triliun atau 52,3 persen lebih rendah dari 2019 lalu. Sementara pendapatan bersih turun 52,9 persen menjadi Rp4,8 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perseroan mengakhiri 2020 dengan rugi bersih Rp900 miliar," ujanya dikutip dari keterangan resmi, Kamis (18/2),

Niraj Jain menuturkan Matahari mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi berbagai dampak dari pandemi covid-19. Salah satunya, meluncurkan inisiatif digital, termasuk situs jaringan baru Matahari.com.

Kemudian perusahaan juga membuka 3 gerai format besar baru dan menutup 13 gerai format besar yang tidak menguntungkan. Selain itu, pihaknya juga menutup 12 gerai khusus dan mengkonsolidasi kembali bisnis distribusi.

Untuk menekan seluruh beban operasional, perusahaan juga bernegosiasi dengan pemilik mal untuk pengurangan biaya sewa serta mengkonsolidasikan seluruh aktivitas Support Centre dalam satu lokasi.

[Gambas:Video CNN]

Perusahaan juga melakukan penarikan utang dari bank senilai Rp500 miliar, di atas fasilitas sebelumnya senilai Rp1,7 triliun selama kuartal kedua 2020.

Seperti diketahui, pada Maret 2020, Matahari menutup sementara hampir seluruh gerainya karena corona. Mereka baru membuka kembali secara bertahap pada Mei.

Pada pertengahan September, pembatasan kembali diberlakukan hingga mengakibatkan penutupan gerai serta pembatasan jam operasional dan jumlah pelanggan.

"Kami meyakini bahwa sangat tidak mungkin penjualan akan akan kembali ke normal sebelum tahun 2022. Fokus kami saat ini adalah menjaga pelanggan dan karyawan kami tetap aman, sementara bersiap untuk pemulihan yang dapat datang kapan pun," katanya.

(hrf/agt)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat