yoldash.net

Mantan Atlet Jadi Bos Allianz Utama Indonesia

Jauh sebelum menggeluti industri asuransi, Direktur Utama Allianz Indonesia Peter van Zyl pernah berkarier sebagai atlet rugby. Bagaimana kisah lengkapnya?
Jauh sebelum menggeluti industri asuransi, Direktur Utama Allianz Indonesia Peter van Zyl pernah berkarier sebagai atlet rugby internasional. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama).

Jakarta, Indonesia -- Tak pernah terbersit sekali pun di benak Peter van Zyl untuk menekuni industri jasa keuangan, khususnya asuransi. Direktur Utama PT Allianz Utama Indonesia ini dulunya hanya ingin menjadi atlet rugby profesional. Banyak laga telah ia jalani, banyak pula jam latihan yang telah ia tempuh.

Namun, mimpinya kandas ketika ia mengalami cedera. "Setelah saya cedera, saya tahu bahwa saya harus mengganti karier saya. Saat ini saya sangat bersyukur sudah bekerja selama 32 tahun di industri asuransi di seluruh dunia," ujarnya kepada Indonesia.com baru-baru ini.

Berganti haluan bukan perkara mudah. Pria berdarah Afrika Selatan yang menyandang status sebagai atlet profesional, kini harus memulai kembali kariernya dari nol. Beberapa kali dirinya berganti perusahaan di negara asalnya, hingga jenjang kariernya merangkak naik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang menyenangkan bagi van Zyl, pekerjaannya di industri asuransi membawanya keliling dunia, seperti Jepang, beberapa negara Afrika, Timur Tengah, Inggris, hingga Amerika Serikat (AS).


Setelah 11 tahun bertindak selaku Senior Vice President of Chief Agency Officer South East Asia AIG di Singapura, kini ia mengemban tugas sebagai komandan Allianz di Indonesia.

Namun, keputusannya pindah ke Indonesia bukan semata-mata dilandasi keputusan profesional semata. Menurutnya, bertolak ke Indonesia juga buah dari pertimbangan pribadi.

"Saat itu, anak laki-laki saya meninggal dunia saat saya bertugas di Singapura. Kala itu, saya menempati posisi puncak untuk tingkat regional dan itu sangat menyita waktu dan perhatian saya untuk waktu yang cukup lama. Untuk itu, saya hanya ingin menghabiskan waktu dengan keluarga setiap hari dan mengembangkan pasar asuransi di Indonesia," imbuh dia.

Meski jauh dari kampung halaman, bukan berarti van Zyl kesulitan beradaptasi dengan Indonesia. Toh, ia kerap mengunjungi Indonesia lima hingga enam kali dalam setahun ketika ia masih bertugas di Singapura. Bahkan, ia mengaku cukup senang tinggal di Indonesia selama 3,5 tahun terakhir.


"Indonesia berbeda dengan negara asal saya, Afrika Selatan. Begitu pun dengan Singapura. Tapi kami senang dengan lingkungan di Indonesia, penyesuaian bagi saya dan keluarga juga tak begitu drastis. Kami senang budaya di sini, kami senang dengan kondisi saat ini, dan kami berharap bisa tinggal lebih lama di Indonesia," tutur pria kelahiran Gauteng, Afrika Selatan, 4 Maret 1965 silam.

Industri asuransi tentu bertolak belakang dengan hidupnya dulu yang berkutat dengan olahraga. Namun demikian, ia tetap menanamkan filosofi olahraga di dalam kehidupan profesionalnya. Menurut van Zyl, banyak sekali filosofi positif dalam olahraga yang bisa diterapkan untuk kegiatan lain. Misalnya, kekompakan tim.

Ia menilai seorang atlet tak akan bisa menang dalam pertandingan tanpa didampingi rekan se-timnya. Di dalam berlaga, setiap anggota wajib punya koordinasi yang kuat, di mana masing-masing anggota memahami strategi untuk memenangkan pertandingan tersebut. Hal itu juga perlu dilandasi dengan kepercayaan, ketangguhan, kelincahan, serta sikap saling menguatkan antar anggota tim.

Kini, ia beserta jajaran Allianz Utama juga 'bertanding' di persaingan industri asuransi di Indonesia. Ia optimistis kekompakan tim akan membawa Allianz memenangkan kompetisi tersebut.


"Karena saya berasal dari Afrika Selatan, maka saya akan mengumpamakan hal ini seperti singa. Singa hidup secara kolektif, mereka tinggal dan berburu bersama. Jika singa dibiarkan sendiri, ia tidak akan bisa bertahan hidup. Saya punya kepercayaan tinggi dengan kerja tim. Ini bukan mengenai saya menjadi direktur utama sebuah perusahaan, tapi ini mengenai kerja kelompok," jelas van Zyl.

Meski sudah menorehkan segudang pencapaian, masih banyak hal yang ingin ia raih. Kepada Indonesia.com, ia berkisah mengenai mimpi-mimpi tersebut.

Anda sudah 32 tahun berada di industri jasa keuangan. Lantas apa pencapaian terbesar Anda sejauh ini?

Saya kira pencapaian saya di bidang profesional itu bukanlah sesuatu yang spesifik. Bagi saya, pencapaian utama adalah membantu pengembangan diri manusia dan memperkenalkan mereka kepada koneksi yang lebih luas.

Saya sangat senang ketika melihat seseorang berkembang cukup pesat di dalam organisasi, saya tak pernah takut jika suatu saat karier mereka berkembang lebih cepat dibanding saya. Justru saya gembira melihat hal tersebut. Saya sudah merasakan hal itu, utamanya di Asia, dan untuk itu saya merasa puas dengan apa yang sudah saya lakukan.

Namun, apakah Anda sudah benar-benar cukup puas dengan pencapaian tersebut? Ataukah Anda merasa hal itu masih kurang?

Dalam melihat pencapaian, memang standar saya cukup tinggi. Jadi, ini seperti pedang bermata dua. Betul bahwa saya merasa diberkati dan saya sudah berada di situasi yang cukup menyenangkan.

Namun, saya masih ingin melihat tim saya bebas untuk berkembang, itu sudah bagian dari DNA saya. Sangat menggembirakan ketika melihat mereka berevolusi dan itu akan tetap menjadi perjalanan yang saya ingin tempuh di kemudian hari.

Saya yakin, di masa depan saya masih akan terus bahagia karena telah berkontribusi untuk sesuatu yang menyentuh hati banyak orang. Apalagi, saya bukanlah seseorang yang terus menerus mengejar jabatan baru setiap saat.


Kemudian, apa saja pencapaian yang ingin Anda raih di masa depan?

Saya rasa saya ingin menjadi pembicara profesional. Saya senang melakukan itu dan suatu saat mungkin saya akan menekuni itu selepas pensiun nanti. Kedua, jika saya bicara mengenai Indonesia, akan sangat menggembirakan bagi saya melihat rekan-rekan di Indonesia bisa memiliki kemampuan dan keahlian yang juga bisa disorot oleh negara lain.

Kemudian, penetrasi industri asuransi dan melek finansial saya harap juga bisa lebih baik dan semakin tinggi dan saya akan senang untuk menjadi bagian dari itu.

Sebagai Direktur Utama, Anda sudah pasti banyak kesibukan, lalu bagaimana Anda menyeimbangkan waktu antara keluarga dan kehidupan profesional Anda?

Keluarga adalah hal penting bagi saya. Mereka adalah batu pijakan setelah saya membuka mata setiap pagi. Saya memiliki tiga anak, berusia 6 tahun, 7 tahun, dan satu lagi sedang mengejar karier sepak bola profesional di luar negeri. Saya sering menghabiskan waktu dengan mereka.

Saya juga senang bermain golf, bahkan permainan malam hari pun saya ikuti. Kemudian, saya juga kini menekuni saksofon dan telah berlatih selama delapan tahun. Apakah saya sudah jago? Tentu belum. Tapi ini adalah salah satu cara untuk melepaskan diri dari beban pekerjaan saya. Itulah me-time saya.


Anda memberi inspirasi kepada tim Anda, lalu siapa sebenarnya tokoh yang menginspirasi Anda?

Saya memiliki banyak panutan. Karena saya berlatar belakang olahraga, banyak sekali inspirasi dari para atlet. Saking banyaknya hingga saya tak bisa menyebutkan satu per satu.

Tapi menurut saya, prinsipnya sama. Yakni konsistensi, memiliki sikap pantang menyerah, dan berpikir bahwa segalanya bisa diraih. Ini sudah tertanam di diri saya dan beberapa atlet profesional lainnya.

Ada pernyataan menarik dari seorang pemain golf asal Afrika Selatan, yakni Gary Player yang menyebut bahwa "Semakin keras seseorang berlatih, maka Anda bisa akan semakin beruntung", di mana hal itu memang benar.

Segala hal memang tak datang begitu saja, kita perlu bekerja keras untuk itu. Saya tidak akan bicara tokoh mengenai Mahatma Gandhi atau Nelson Mandela karena mereka tentu juga menginspirasi banyak orang.


Terakhir, selama 3,5 tahun di Indonesia, apa saja perkembangan di Allianz yang dilakukan di bawah kepemimpinan Anda?

Saya harus mengakui, ketika saya bergabung pada 2015 lalu, ada beberapa sudut dan wilayah yang bisa dikembangkan dan diubah. Jika saya kilas balik tiga tahun lalu, tentu saya cukup antusias untuk melakukan perubahan tersebut.

Tapi, prosesnya cukup membuat saya frustrasi dan menantang. Perubahan yang membuat saya bangga adalah digitalisasi di dalam perusahaan. Ketika saya memulai di sini dulu semuanya serba manual. Sekarang kami akan tetap berevolusi untuk mengakomodasi konsumen dan kami juga ikut mendengarkan kemauan konsumen.

Jika Anda melihat senyum di wajah pihak-pihak yang selama ini bersama saya melalui perjalanan ini, Anda akan mengerti bahwa itu sangat menggugah saya untuk bekerja lebih baik. Kami akan tetap jaga momentum ini agar bisa menuju ke level berikutnya. Kami tetap menuju kesempurnaan dan selalu menjaga kepuasan para konsumen kami. (bir)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat